Sebagaimana Dilansir kantor berita Reuters, Pemerintah Armenia mengumumkan darurat militer. Mengerahkan tentara secara penuh pasca bentrok dengan Azerbaijan menyangkut wilayah Nagorno-Karabakh.
Demikian, keterangan resmi Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
Pemerintah Armenia di ibu kota negara, Yerevan, menuduh tentara Azerbaijan melancarkan serangan di Nagorno-Karabakh. Sebaliknya Pemerintah Azerbaijan di ibu kota negara, Baku, menuduh tentara Armenia juga melakukan tindakan serupa ke arah militer dan warga sipil.
Sementara otoritas di Nagorno-Karabakh yang mendeklarasikan kemerdekaan sejak 1991, mengumumkan darurat militer. Mereka mengerahkan penduduknya yang berjenis kelamin laki-laki untuk mengantisipasi bentrokan.
Armenia mengatakan Azerbaijan mengerahkan serangan udara dan artileri di Nagorno-Karabakh. Namun, Azerbaijan mengatakan pihaknya membalas serangan tentara Armenia.
Sedangkan para pembela hak asasi manusia di Armenia mengabarkan, bentrokan tersebut menelan korban jiwa dua warga sipil. Yaitu seorang perempuan dan anak-anak. Keduanya tewas tertembak tentara Azerbaijan. Sementara Pemerintah Azerbaijan mengatakan, sejumlah warga sipil di Azerbaijan juga terbunuh dan enam orang luka-luka.
Otoritas di Nagorno-Karabakh mengatakan 10 tentaranya tewas. Namun laporan tersebut belum dapat dikonfirmasi secara independen.
Kementerian Luar Negeri Rusia, yang lama berperan sebagai penengah, mendorong dua pihak untuk menghentikan adu tembak. Selanjutnya segera berunding.
Sebagaimana diketahui, Armenia dan Azerbaijan telah lama bentrok. Mereka memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh, yang melepaskan diri dari Azerbaijan setelah Uni Soviet bubar.
Keduanya telah menyepakati gencatan senjata sejak 1994, tetapi Azerbaijan dan Armenia kerap saling tuding. Tentara masing-masing negara meluncurkan serangan di Nagorno-Karabakh. Demikian pula di sepanjang perbatasan dua negara.
Konflik di dua negara itu membuat banyak negara Barat dan negara lain sangat khawatir. Ini karena Kaukasus Selatan, wilayah Armenia dan Azerbaijan, merupakan lokasi pipa minyak dan gas untuk pasar dunia.
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan, pasukan militernya telah menghancurkan tiga tank. Selain itu, menembak jatuh dua helikopter dan dua pesawat tanpa awak milik Azerbaijan. Serangan itu sebagai balasan terhadap serangan pada warga sipil, termasuk warga di ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert.
“Aksi kami proporsional. Petinggi militer dan politik di Azerbaijan harus bertanggung jawab penuh atas situasi ini,” kata kementerian pertahanan yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Armenia.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia Pashiyan, lewat unggahannya di Twitter, mengatakan, “Kita harus tetap kuat bersama para tentara untuk melindungi tanah air dari agresi Azerbaijan”.
Namun, Azerbaijan menyangkal pernyataan pihak Armenia itu. Pemerintah di Baku mengatakan, pihaknya memiliki “banyak keuntungan untuk menghadapi musuh di garis depan”. Azerbaijan balik menuduh tentara Armenia meluncurkan “serangan yang disengaja” di sepanjang perbatasan.
“Kami membela wilayah negara kami, karena ini hak kami,” kata Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev saat menyampaikan pidato kepada publik.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, sejumlah warga sipil tewas akibat bentrokan itu. Namun belum ada laporan yang menyebut angka korban jiwa.
Sedikitnya 200 orang tewas akibat bentrokan antara Azerbaijan dan Armenia sejak April 2016. Laporan terakhir menunjukkan 16 orang tewas pada Juli 2020, akibat rangkaian bentrokan antara pasukan dua negara tersebut. (rim)