Bongkah.id – Banjir bandang yang menerjang Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Kamis (4/11/2021) lalu ditengarai akibat penyimpangan fungsi hutan lindung sekitar hulu Sungai Brantas di kawasan itu. Analisa ini diperkuat adanya sumbatan aliran sungai disebabkan material pohon dan longsoran tanah.
Dari analisa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), aliran sungai yang tersumbat memicu peningkatan debit air secara drastis setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut. Puncaknya, arus sungai yang meluber dengan deras menghancurkan bendung alam.
“Debit air di hulu menjadi lebih besar kemudian tertahan. Ketika dia overtop/melimpas, bendung alam ini hancur, ini yang membawa ke bawah tidak hanya masalah pasir, tapi juga volume air yang sangat besar beserta pohon-pohon ke bawah,” kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.
BNPB merekomendasikan agar Pemkot Batu bersama stakeholder terkait dan masyarakat menggalakkan reboisasi, khusus di bagian hulu sungai. Selain itu, rekomendasi teknis dari BBWS untuk jangka panjang adalah dengan membangun cek dam dan bangunan terjunan untuk mengendalikan arus sungai.
Analisa BNPB ini dibenarkan Wali Kota Batu, Jawa Timur Dewanti Rumpoko. Dia mengakui dugaan alih fungsi lahan di kawasan hulu sungai Brantas menjadi faktor utama pemicu bencana banjir bandang. Analisis ini juga disampaikan BNPB.
“Jadi alih fungsi lahan di hulu itu juga jadi faktor utama, lalu juga ditambahi dengan curah hujan yang deras dan material pohon dan longsoran tanah di Pusung Lading itu,” kata Wali Kota Batu, Selasa (9/11/2021).
Dari hasil penyusuran dengan drone, dijumpai banyak longsoran terjadi di kawasan Pusung Lading. Mulai longsoran tanah hingga pohon-pohon mati bekas kebakaran pada 2019.
Material ini kemudian terbawa aliran air dari curah hujan yang deras waktu itu dan akhirnya menyatu dengan aliran anak Sungai Brantas. Hingga kemudian material ini menyumbat jalannya air di sekitar Kecamatan Bumiaji dan berbelok ke arah sungai mati dan membawa dampak luar biasa di Desa Sambong dan Gintung yang tadinya adalah sungai mati.
Banjir bandang ini menyapu 17 rumah. Lalu sebanyak 43 rumah rusak parah dan 32 rumah terendam lumpur.
Sementara dari 14 korban terhanyut, 7 orang di antaranya ditemukan tewas. Sisanya 6 orang ditemukan selamat.
Baca: Seluruh Korban Banjir Bandang Kota Batu Ditemukan, Tujuh Orang Meninggal Dunia
Baca: Banjir Bandang Kota Batu Telan 6 Korban Jiwa, Terjang 36 Rumah di Lamongan
Dampak serupa juga terjadi di Kota Malang, 625 KK atau 1.100 warga terpaksa mengungsi dan 4 rumah hilang dan rusak parah diterjang banjir. Nihil korban jiwa. Hingga saat ini, pembersihan sisa material masih terus dilakukan.
“Untuk pembersihan material ditarget minggu depan selesai. Tapi kalau untuk normalisasi butuh waktu lama hingga 6 bulan,” jelasnya.
Dewanti akan mengupayakan warga terdampak untuk sementara dibangunkan hunian sementara. Pemkot tidak bertanggungjawab jika rumah warga menyalahi aturan dibangun di bantaran sungai.
“Kalau ada rumah di bantaran sungai dan menyalahi aturan ya tidak bisa dibangun lagi, harus relokasi. Nanti lokasi relokasi sudah disiapkan di wilayah Desa Bulukerto,” ucapnya. (bid)