Bongkah.id – Suasana di sebuah rumah penjual sayur di Dusun Kalianyar, Desa Jogoroto, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang tampak biasa saja. Tapi siapa sangka, beberapa jam kemudian rumah itu berubah menjadi medan “perang kecil” karena seorang bocah bernama Arya (11) menolak keras untuk disunat.
Arya, siswa kelas 4 SD, awalnya sudah dipersiapkan oleh keluarganya untuk menjalani sunat. Semua berjalan sesuai rencana saat ia diberangkatkan ke rumah dokter, Selasa (3/6/2025) sekitar pukul 18.00 WIB. Namun rencana itu berantakan ketika rasa takut mulai menguasai dirinya.
“Awalnya Arya sudah kami bawa ke rumah dokter sekitar pukul 18.00 WIB. Tapi sampai di sana, dia ketakutan dan tidak mau disunat. Semua rayuan kami tidak mempan,” ungkap ibunda Arya, Bayu Arsita (36), mengenang momen itu.
Meski telah dibujuk rayu oleh keluarga yang mendampingi, Arya tetap menolak. Mereka pun memutuskan pulang ke rumah sekitar pukul 23.00 WIB, berharap Arya akan lebih tenang jika sunat dilakukan di rumah.
Keesokan paginya, sekitar pukul 08.30 WIB, dokter datang ke rumah untuk melakukan sunat. Alih-alih tenang, Arya justru mengamuk hebat. Ia membanting barang-barang, memporak-porandakan rumah, bahkan mengambil arit dan pisau dapur untuk mengancam siapa saja yang mencoba memaksanya.
“Dia benar-benar kalap. Semua orang panik, bahkan kami takut mendekat,” ujar Bayu dengan napas berat, masih terguncang oleh kejadian itu.
Saat situasi nyaris tak terkendali, datanglah keberanian yang tak disangka-sangka dari adik Arya, Hafiz (7), yang masih duduk di bangku kelas 1 SD. Tanpa paksaan, Hafiz maju ke depan dan menawarkan diri menggantikan kakaknya.
“Hafiz bilang, ‘Kalau kakak nggak mau, biar aku saja,’” cerita Bayu, matanya berkaca-kaca.
Sontak suasana berubah. Hafiz pun menjadi pusat perhatian. Dokter segera menyiapkan peralatan, dan prosesi sunat berjalan meski diselingi tangis khas anak kecil yang merasakan nyeri. Namun semua berlangsung lancar dan penuh rasa haru.
Meski Arya belum berhasil melewati proses ini, keluarga tetap memberikan ruang dan waktu agar ia bisa siap secara mental. Sementara Hafiz, sang adik kecil yang tiba-tiba menjadi “pahlawan keluarga”, berhasil membuat semua kembali tenang. (Ima/sip)