Bongkah.id – Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dalam situasi pandemi COVID-19 dan PPKM Darurat-Level ternyata mengalami peningkatan selama triwulan II 2021. Angka yang melesat 7,05% (y-o-y) bahkan tercatat sebagai penopang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa setelah DKI Jakarta terbesar kedua yang menyimbang sebesar 24,93%.
Jawa Timur juga menjadi penyumbang perekonomian terbesar kedua di tingkat nasional dengan kontribusi sebesar 14,44%. Data pertumbuhan ekonomi itu mengacu pada catatan Badan Pusat Statistik (BPS).
”Ini menunjukkan bahwa perekonomian Jatim terus bangkit dan mengalami perbaikan meskipun pencapaiannya belum dapat kembali seperti saat sebelum pandemi Covid-19,” tutur Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Binaloka Pemprov Jatim, Jumat (6/8/2021).
Khofifah menjelaskan, pertumbuhan ekonomi yang bergerak positif sebesar 1,78% (q to q) dan meningkat 3,2% (c to c) ditopang sejumlah sektor utama. Antara lain berdasar lapangan usaha, sektor industri pengolahan berkontribusi paling besar terhadap struktur PDRB Jatim mencapai 30,23% dengan laju pertumbuhan 6,85% (y-o-y).
Selanjutnya sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor memberi kontribusi PDRB 18,28% dengan laju pertumbuhan 13,64% (y-o-y). Kontribusi tertinggi ketiga pada struktur PDRB Jatim adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan share 12,37% dan laju pertumbuhan minus 3,14% (y-o-y).
”PDRB Jatim sesungguhnya ditopang cukup besar oleh sektor pertanian. Namun, masa panen raya yang terjadi di triwulan I menyebabkan kontraksi di triwulan II,” jelas Khofifah.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II juga memotret daya beli masyarakat Jatim yang cukup tangguh pada masa pandemi. Hal tersebut dilihat dari struktur PDRB Jatim triwulan II yang disokong paling tinggi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) sebesar 59,78% dengan catatan laju pertumbuhan 5,24% (y-o-y).
Selanjutnya komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) berkontribusi sebesar 25,98% dengan laju pertumbuhan di triwulan II sebesar 1,77% (y-o-y).
Dari sisi pengeluaran, belanja pemerintah pada triwulan II juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap geliat ekonomi masyarakat. Dalam struktur PDRB Jatim triwulan II, kontribusi belanja pemerintah mencapai 5,44% dengan laju pertumbuhan 0,01% (y-o-y).
Laju pertumbuhan bahkan tampak signifikan dalam periode antara triwulan I dan triwulan II (q-to-q) sebesar 27,4%. Berdasar catatan BPS, pertumbuhan yang baik dari sisi belanja pemerintah didukung realisasi APBD provinsi yang meningkat sebesar 95% dan peningkatan realisasi APBD kabupaten/kota sebesar 14% .
”Alhamdulillah, realisasi belanja daerah hingga 5 Agustus mencapai 44,29% dan pendapatan daerah mencapai 61,0%. Kedua pencapaian ini merupakan kinerja luar biasa yang dilakukan seluruh OPD di Pemprov Jatim serta kolaborasi yang baik dengan DPRD Jatim dan seluruh stakeholder Forkopimda Jatim,” ujar Khofifah.
Realisasi belanja pemerintah berdampak pada perbaikan indikator kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan penurunan kemiskinan sebesar 0,06 persen pada Maret menjadi 11,4%. Khofifah menegaskan, pertumbuhan ekonomi itu harus diupayakan dengan pencapaian herd immunity atau kekebalan komunitas.
”Harus berimbang dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pandemi ini belum selesai, jangan longgarkan dulu masker kita, tetap menjaga jarak dan menghindari kerumunan,” pungkasnya. (bid)