petani saat menanam tembakau./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
petani saat menanam tembakau./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id — Panas terik mulai menggantikan hujan yang beberapa bulan terakhir membuat petani Utara Brantas gigit jari. Di Desa Sumbergondang, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, petani seperti Suyanto tak mau berlama-lama meratapi gagal panen akibat cuaca ekstrem. Begitu hujan reda, harapan baru pun ditanam bersama bibit tembakau yang sejak awal sudah ia persiapkan.

“Ini sudah mulai tanam baru lagi. Karena kelihatannya sudah masuk musim kemarau,” ujar Suyanto sembari menengok lahan garapannya yang mulai diolah kembali.

ads

Suyanto tak sendirian. Para petani lain di wilayah ini juga memilih menaruh harap pada musim kering yang datang sedikit terlambat.

Bibit-bibit tembakau yang beberapa waktu lalu terancam sia-sia, kini kembali jadi penopang asa. “Memang bibitnya juga sudah siap untuk ditanam juga,” bebernya.

Sebelumnya, upaya menanam tembakau sempat gagal total. Curah hujan yang masih tinggi di awal musim tanam membuat banyak tanaman tembakau membusuk sebelum sempat dipanen.

“Bulan kemarin sudah tanam tapi banyak yang gagal panen. Ini mulai tanam lagi,” katanya.

Meski pernah merugi, Suyanto tetap berpegang pada keyakinan lama: menanam tembakau tetap menjanjikan untung besar bila cuaca bersahabat. Risiko itu ia terima, meski langit kadang sulit ditebak.

“Ya meski beresiko menanam tembakau apabila cuaca tidak menentu. Tapi apabila untung, untungnya cukup besar,” tegasnya mantap.

Di sisi lain, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang mencatat tren serupa. Kepala Dinas Pertanian M Rony membenarkan jika petani di Utara Brantas memang enggan beralih ke tanaman lain, meski hujan kerap menggagalkan panen.

“Para petani tetap memilih menanam tembakau meski harus mundur,” terangnya.

Meski demikian, Rony menambahkan ada juga sebagian kecil petani yang memilih jalan lain. Mereka menyesuaikan diri dengan cuaca dengan mengganti tanaman.

“Hanya sebagian seperti petani di Kecamatan Plandaan petani mengganti tanam cabai dan padi,” pungkasnya.

Meski cuaca tak bisa dikendalikan, petani Utara Brantas seolah tak pernah kehilangan keyakinan. Bagi mereka, musim kemarau adalah waktu untuk berjudi dengan alam sekali lagi. Jika untung, hasilnya memang sepadan dengan risiko yang dihadapi. (Ima/sip)

13

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini