Bongkah.id – Jumlah korban meninggal dunia akibat banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang 11 daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus bertambah. Hingga Senin (5/4/2021) siang Pukul 14.00 WIB, korban yang meninggal mencapai 68 orang dan 70 warga dilaporkan masih hilang.
Data dari Wakil Bupati Flores Timur Agus Payong Boli menyebutkan, korban yang meninggal sebanyak 56 orang merupakan warga Desa Nelelalamadike Kecamatan Ileboleng dan enam lainnya adalah warga Kecamatan Adonara. Kemudian, empat orang lainnya yaitu di desa Oyangbaran Kecamatan Wotanulumado sebanyak tiga orang dan satu orang di Waiwerang masih dalam pencarian.
Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, dari 68 orang meninggal dunia tersebut, 44 di antaranya merupakan warga Flores Timur, 11 orang di Lembata, 2 orang Ende, dan 11 orang Alor. Adapun sebanyak 70 orang hilang dilaporkan 26 orang di Flores Timur, 16 orang Lembata, dan 28 orang dari Alor.
“Ini kumulatif dari beberapa wilayah yang ada. Total yang kami dapatkan informasi terakhir, masih ada beberapa catatan orang yang hilang dalam pencarian,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (5/4/2021) siang.
Untuk mengevakuasi korban dan mencari warga yang hilang, BNPB telah mengerahkan tiga helikopter. Dua helikopter difungsikan untuk menjangkau distribusi logistik di beberapa desa yang terisolir pasca-terputusnya akses diakibatkan longsor.
Sementara itu, satu helikopter lainnya untuk mengakomodasi para warga yang membutuhkan pertolongan darurat terutama kelompok rentan. Helikopter juga mengangkut para tenaga medis yang ditugaskan di posko penanganan darurat.
BNPB juga melakukan koordinasi dengan TNI-Polri, Kementrian PUPR, pemerintah daerah, dan tim gabungan lainnya untuk segera mengirimkan alat berat guna proses evakuasi terhadap korban yang tertimbun lumpur. Kendala cuaca menyebabkan perjalanan dari Maumere menuju Larantuka ditempuh menggunakan jalur darat.
Selain itu, gelombang tinggi membuat perjalanan dari Larantuka menuju Adonara ditunda. Doni Monardo dijadwalkan besok akan meninjau lokasi banjir bandang dan tanah longsor di Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
BPBD Kabupaten Flores Timur pun menghadapi beberapa kendala dalam mendukung upaya penanganan darurat karena akses utama melalui penyeberangan laut, sedangkan kondisi hujan, angin dan gelombang membahayakan pelayaran kapal. Di sisi lain, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat.
Banjir bandang dan longsor yang melanda 10 kabupaten dan 1 kota di NTT dampak dari cuaca ekstrem sejak Minggu (4/4/2021). Musibah ini mengakibatkan 15 orang luka-luka dan sebanyak 2.655 jiwa mengungsi.
Selain itu, BNPB juga mencatat sebanyak 25 rumah rusak berat, 17 rumah hanyut, 114 rusak sedang, 60 rumah terendam, dan 743 rumah terdampak. BNPB juga melaporkan sebanyak 5 jembatan putus, 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, 1 fasilitas umum rusak, dan 1 kapal tenggelam.
Terkait data korban yang mengungsi hingga Senin (5/4/20210) pukul 05.00 WIB, tercatat 256 jiwa warga mengungsi di Balai Desa Nelemawangi dan sejumlah warga lainnya mengungsi di Balai Desa Nelelamadike.
Sebanyak sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan terdampak peristiwa ini. Kedelapan desa tersebut yaitu Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat).
Sedangkan kerugian materil masih tercatat rumah hanyut 17 unit, rumah terendam lumpur 60 unit, dan lima jembatan putus. BPBD setempat masih terus melakukan pendataan dan verifikasi dampak korban maupun kerusakan infrastruktur. (bid)