Pemerhati Sejarah di Jombang saat menunjukkan buku Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa dan Candradimuka./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Pemerhati Sejarah di Jombang saat menunjukkan buku Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa dan Candradimuka./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Halaman demi halaman dalam dua karya menjadi pintu gerbang baru dalam sejarah kelahiran Sang Proklamator, Ir. Soekarno, Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa karya Profesor Nurinwa dkk, dan Candradimuka karya Dian Sukarno.

Kedua buku ini, menurut Pemerhati Sejarah di Jombang, Arif Yulianto alias Cak Arif, memberi terang baru atas narasi yang selama ini menjadi perdebatan. Salah satunya adalah soal tempat kelahiran Bung Karno. Ia menyebut bahwa berdasarkan data yang diungkap dalam buku-buku tersebut, Bung Karno lahir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, pada 6 Juni 1902.

ads

“Buku Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa itu fenomenan. Di buku tersebut dicantumkan beseluit atau SK tugas ayah kandung Bung Karno, Raden Soekeni Sosrodihardjo mulai dari Bali, Ploso, Sidoarjo, Mojokerto, dan Blitar,” ujarnya, Kamis (12/6/2025).

Menurut Cak Arif, bukti tertulis itu menunjukkan dengan jelas jejak perpindahan dinas Raden Soekeni dan keluarganya. Terlebih, dalam salah satu SK yang ditampilkan, tercatat bahwa Raden Soekeni mulai bertugas di Ploso pada 28 Desember 1901. Barulah pada November 1907 ia pindah ke Sidoarjo.

“Ditambah lagi, ada data tulisan tangan Raden Soekeni yang menuliskan Bung Karno lahir pada tanggal 6 Juni 1902. Maka itu ketika orang tuanya di Ploso, sehingga Bung Karno lahir di Ploso 6 Juni 1902,” terang Cak Arif.

Narasi ini tentu berbeda dari yang selama ini dikenal publik melalui otobiografi Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat karya Cindy Adams yang terbit pada 1966.

“Di buku Cindy bahkan, Ploso dan Sidoarjo sama sekali tidak ditulis,” ujar Cak Arif.

Tak hanya berhenti di situ. Buku Candradimuka karya Dian Sukarno yang terbit tahun 2013 juga membuka tabir tentang hubungan erat Bung Karno dengan Ndalem Pojok Wates di Kediri.

“Di sana diceritakan, setelah lahir Bung Karno dipegang oleh Mbah Suro atau Kek Suro, dan ari-arinya dikubur oleh Sumo Jani,” kisah Cak Arif.

Ndalem Pojok, imbuhnya, adalah rumah keluarga ayah angkat Bung Karno, RM. Soerati Soemosewojo. Rumah ini tak hanya menjadi saksi masa kecil Bung Karno, tapi juga tempat yang dipercaya sebagai lokasi pergantian nama dari Koesno menjadi Soekarno.

“Di rumah itu juga ada kamar Bung Karno ketika bayi, kamar Bung Karno remaja, dan kamar Bung Karno ketika menjadi presiden,” papar Cak Arif.

Lebih jauh, ia mengungkap bahwa buku Candradimuka juga memuat pengantar dari putra Bung Karno, Guruh Soekarnoputra.

“Ndalem Pojok juga pernah dikunjungi oleh putra-putri dan cucu Bung Karno seperti Mas Guruh, Mbak Mega, Mbak Puti, Mas Romy dan lainnya,” tambahnya.

Sementara itu, sang penulis Candradimuka, Dian Sukarno, mengenang bagaimana proses penulisan buku itu bermula sekitar 13 tahun silam. Ia merasa beruntung dapat bertemu langsung dengan RM. Kusumo Haryono, generasi ketiga Ndalem Pojok, yang menjadi narasumber utama dalam penulisan.

“Beliau adalah putra dari RM. Sayid Sumodihardjo, adik dari ayah angkat Bung Karno, RM. Soerati Soemosewojo,” ungkap Dian.

Buku itu rampung dalam waktu delapan bulan. Namun proses risetnya menuntut Dian menjelajah berbagai kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga ke Bali demi mengumpulkan serpihan-serpihan sejarah.

“Hikmah dari penyusunan buku itu, salah satunya saya bisa kenal dan akrab dengan banyak nama besar, salah satunya adalah Profesor Peter Carrey,” kenangnya.

Baginya, temuan-temuan itu menegaskan kembali posisi Jombang dalam lanskap sejarah nasional.

“Jadi kalau kemudian bukti-bukti menunjukkan Bung Karno lahir di Ploso Jombang, makin menunjukkan jika Jombang adalah Historical Landscape, setiap jengkal tanahnya memiliki sejarah,” pungkas Dian Sukarno. (Ima/sip)

53

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini