
Bongkah.id – Bau tanah basah bercampur dengan aroma tembakau muda yang belum sempat mengering di Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Di hamparan sawah yang becek, Budianto Setiawan (42), terlihat sibuk mencabuti batang tembakau. Ia bekerja dalam diam, ditemani suara gemerisik air dan kenangan akan panen yang seharusnya jauh lebih baik.
“Iya ini memang belum waktunya panen, tapi dipanen dini agar tidak makin rugi,” ucapnya lirih, seraya mengangkat satu per satu tanaman tembakau yang batangnya mulai membusuk. Rabu (11/6/2025).
Banjir yang datang pada Senin, 9 Juni lalu, tak memberi ampun pada tanaman yang baru berumur satu setengah bulan itu. Air datang perlahan namun pasti, menggenangi puluhan hektare sawah di wilayah utara Brantas. Tembakau-tembakau muda itu tak sanggup bertahan lama.
“Karena sudah tidak bisa berkembang lagi, jadi ya seadanya saja diambil,” lanjutnya pasrah.
Sawah milik Budi hanyalah satu dari sekian banyak lahan tembakau yang terdampak banjir. Di desanya, hampir seluruh petani mengalami nasib serupa. “Ada yang sempat panen dini seperti saya, tapi ada juga yang masih kecil baru berusia beberapa minggu, tapi semuanya mati,” imbuhnya.
Kerugian yang ditanggung Budi tidaklah kecil. Dari 1,5 hektare lahan yang ia garap, ia harus menanggung beban biaya tanam sebesar Rp30-40 juta. Semua itu kini tinggal angan.
“Kan saya sudah 4 kali ini menanam, sebelumnya juga gagal terus kena hujan. Perawatannya juga lebih mahal karena musim hujan ini,” ungkapnya.
Lebih menyedihkan lagi, hasil panen yang seharusnya bisa mencapai 10 ton, kini tak lebih dari satu ton. Itu pun dengan kualitas yang jauh dari harapan.
“Hancur, ini bisa dapat 1 ton saja sudah bagus, kualitasnya juga tidak maksimal karena belum waktunya,” ujarnya sambil menggeleng pelan.
Meski kecewa, Budi tetap berusaha memanfaatkan hasil yang ada. Tembakau-tembakau itu akan dijemur, lalu diolah seadanya. “Ya nanti mungkin dibuat tembakau hitam, bisa dicampur dengan tetes,” pungkasnya dengan nada datar, menyimpan harapan kecil di tengah situasi yang muram.
Sementara itu, pihak Dinas Pertanian Kabupaten Jombang belum dapat memastikan secara pasti berapa luas tanaman tembakau yang terdampak banjir. Namun, dari laporan terakhir yang diterima, dari target luas tanam sebesar 6.100 hektare tahun ini, baru sekitar 25 persen petani atau sekitar 1.525 hektare yang sudah menanam, terutama di Kecamatan Kabuh.
Di tengah musim yang tak menentu, nasib petani seperti Budianto Setiawan adalah potret perjuangan yang kerap luput dari sorotan. Banjir mungkin datang dan pergi, tetapi tekad untuk bertahan tetap tumbuh, meski di atas tanah yang tergenang. (Ima/sip)