Gus bang saat mengisi kegiatan kultum Ramadhan di masjid Baitul mu'minin alun-alun Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Pengasuh Pesantren Asrama Ar Risalah Darul Ulum, KH Rohmatul Akbar saat memberikan ceramah di masjid agung alun alun Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Kalam Ramadhan

Bongkah.id – Ibadah puasa menitikberatkan kepada keihklasan dalam beribadah, iklhas menahan segala hal yang membatalkan puasa dan juga pahala puasa.

ads

Berbicara tentang keikhlasan, Pengasuh Pesantren Asrama Ar Risalah Darul Ulum, KH Rohmatul Akbar alias Gus Bang, menceritakan kisah lelaki dan sepotong roti, Ibadah 70 tahun sebanding dengan dosa 7 Hari 7 malam yang dilakukannya, kemudian memberikan roti yang menjadi amal penentu masuk surga.

Ia bercerita, menjelang akhir hayat Abu Musa Al-Asy’ari ra. berbaring dalam keadaan berdzikir, menanti saat perjumpaannya dengan malaikat maut.

Di sisinya, putranya setia menemani, memperhatikan setiap kata yang terucap dari bibir sang ayah.

Dengan suara yang semakin lirih, Abu Musa bertanya, apakah anak-anaknya masih ingat dengan kisah seorang lelaki dan sepotong rot.

“Anak-anaknya pun mendekat, menyimak dengan penuh perhatian, menyadari bahwa mungkin ini adalah kisah terakhir yang akan disampaikan oleh ayah mereka,” ujarnya, Minggu (9/3/2025).

Lanjut Gus Bang, Abu Musa kemudian mulai bercerita, bahwa dahulu, hidup seorang lelaki yang saleh, yang selama 70 tahun tidak pernah lalai dalam beribadah kepada Allah. Ia senantiasa mengisi hari-harinya dengan amal ibadah.

Namun, suatu hari, setan berhasil menggoda lelaki tersebut dengan keindahan seorang wanita yang luar biasa cantik.

Godaan itu begitu kuat hingga ia tergelincir dalam dosa, menghabiskan tujuh hari tujuh malam bersama wanita tersebut dalam perbuatan maksiat.

Setelah seminggu berlalu, kesadaran kembali menghampirinya.

“Dengan penuh penyesalan, ia meninggalkan wanita itu dan berjalan tanpa henti, bibirnya tak lepas dari istighfar, memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya,” jelasnya.

Saat malam tiba, ia belum juga sampai di tempat tujuan. Malam itu, karena lelaki tersebut dianggap sebagai bagian dari mereka, ia pun menerima sepotong roti. Akibatnya, salah satu pengemis tidak mendapat jatahnya.

Merasa iba, lelaki itu tanpa ragu menyerahkan rotinya kepada pengemis yang kelaparan, meskipun dirinya sendiri dalam kondisi sangat lelah dan lapar.

“Esok paginya, tubuhnya ditemukan tak bernyawa. Ia telah meninggal dunia akibat kelaparan dan kedinginan,” kata dia.

Ketika amal perbuatannya ditimbang oleh para malaikat, mereka menemukan bahwa ibadahnya selama 70 tahun sebanding dengan dosa yang ia lakukan selama tujuh hari tujuh malam.

Namun, ada satu amal yang membuat perhitungannya berubah. Karena keikhlasan dan belas kasihnya dalam memberikan sepotong roti kepada seorang yang kelaparan.

“Pahala sedekah yang ikhlas menjadi penentu membuat timbangan amal baiknya lebih berat. Dengan itu, Allah mengampuninya dan memasukkannya ke dalam surga,” pungkasnya. (Ima/sip)

8

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini