Tawuran antar kelompok pemuda di kawasan Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu dini hari (18/4/2020).

Bongkah.id – Sejumlah kelompok pemuda di Jakarta mulai bergolak ketika masa penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di ibukota telah berlangsung sepekan. Situasi ini membangkitkan trauma pengusaha yang cemas peristiwa kerusuhan di tengah krisis moneter 1998 terulang.

Bentrokan kelompok pemuda meletup di kawasan Kanal Banjir Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat malam (17/4/2020). Tim Pemburu Preman Polres Jakarta Barat berhasil membubarkan tawuran.

ads

Namun, Sabtu sore (18/4/2020), tawuran dua kelompok pemuda kembali meletus di sekitar Stasiun Manggarai, Jakarta Pusat. Tawuran melibatkan para pemuda dari Menteng Tenggulun dengan Manggarai Selatan.

“Tadi kejadian sekitar pukul 16.45,” kata Kepala Kepolisian Sektor Tebet Nur Alam, Sabtu malam (18/4/2020).

Nur Alam mengatakan pelaku tawuran menggunakan batu dan petasan. Kedua kelompok saling serang dan lempar. Tawuran tersebut bahkan sempat mengganggu lalu lintas kendaraan dan kereta api.

Menurut Nur Alam, belum ada orang yang ditangkap petugas hingga saat ini. “Kondisinya saat ini sudah kondusif. Lalu lintas kembali lancar,” kata dia.

Pada saat yang hampir bersamaan pagi di bagian lain, Tim Rajawali Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur menangkap empat pemuda bersenjata tajam yang hendak tawuran di kawasan Ciracas. Empat tersangka yang diamankan berinisial IR (18), AW (19), BST (17) dan MS (17).

CEO Royal Agro Indonesia, Final Prajnanta mengatakan dalam situasi kritis karena wabah Covid-19 seperti ini, keamanan harus menjadi prioritas selain upaya penanggulangan. Ia khawatir, sekelompok orang akan memanfaatkan celah keamanan dalam kondisi PSBB ini untuk menciptakan kerusuhan.

“Karena potensi adanya pihak yang menjadi tunggangan dengan adanya krisis ini. Kita belajar dari 1998 yang lalu, itu bisa saja terjadi. Sekarang sudah ada beberapa di Tangerang, Malang,” tuturnya.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan kekhawatiran dan keresahan yang dialami oleh pengusaha adalah sesuatu yang beralasan. Menurut Piter jika upaya pemerintah membantu mereka yang terdampak tidak dilakukan dengan cepat, keresahan bisa berubah menjadi kerusuhan.

“Pemerintah juga perlu mewaspadai adanya upaya orang-orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan politik. Atau orang yang memicu kerusuhan dengan memanfaatkan keresahan sosial,” kata Piter, Sabtu (18/4/2020).

Solusinya, lajut Piter, pemerintah harus mempercepat dan memperluas bantuan sosial. Menurutnya, jangan sampai keresahan sosial terjadi karena lambatnya bantuan.

“Jangan biarkan Masyarakat menunggu terlalu lama dan dimanfaatkan kelompok yang tidak bertanggung jawab,” jelasnya.

Peneliti CSIS Fajar B Hirawan menambahkan dalam kondisi seperti sekarang pengusaha di Indonesia memang berhak khawatir dan hal itu terbukti dari mulai terkontraksinya sektor-sektor ekonomi, mulai dari industri manufaktur hingga jasa.

“Gangguan di pasar tenaga kerja juga sudah tampak dan gelombang PHK pun sudah mulai terjadi pada beberapa perusahaan di Indonesia,” imbuh dia.

Solusinya adalah pemerintah menjalankan dengan cepat bauran kebijakan fiskal dan moneter secara efektif. Stimulus fiskal Rp 405, 1 triliun dan penerbitan pandemic bond untuk pembiayaan adalah langkah awal yang baik untuk meredam krisis akibat COVID-19. (tem/bid)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini