Ilustrasi pelecehan seksual di Sidoarjo.
Ilustrasi pelecehan seksual di Sidoarjo.

Bongkah.id – Dugaan pelecehan seksual terhadap M (17) siswi SMP di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur menjadi sorotan serius Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Jawa Timur.

Lembaga ini mendesak agar pihak kepolisian segera menetapkan tersangka dalam pelecehan seksual yang dialami siswi SMP di wilayah Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang hingga membuat korban mengalami trauma dan enggan bersekolah itu.

ads

Sekretaris Jenderal Komnas PA Jatim, Jaka Prima, menyebutkan bahwa Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang telah memeriksa dua saksi yang merupakan teman dekat korban. Pemeriksaan itu turut didampingi oleh pihak sekolah.

“Kami dari Komnas Perlindungan Anak Jawa Timur sangat mengatensi pelecehan seksual siswi SMP di Jombang, karena bukan kasus biasa. Korban bahkan sempat tidak masuk sekolah karena trauma dan ketakutan, terlebih kejadian ini diduga terjadi lebih dari satu kali,” ujar Jaka kepada wartawan, Rabu (22/10/2025).

Komnas PA Jatim mengapresiasi langkah cepat Polres Jombang dalam menangani kasus tersebut. Namun, Jaka menegaskan agar penyelidikan segera ditingkatkan ke tahap penyidikan bila alat bukti dinilai cukup.

“Kami minta agar prosesnya segera naik sidik, pelaku ditetapkan sebagai tersangka, dan segera dilakukan penahanan,” tegasnya.

Pihaknya juga menolak keras opsi penyelesaian melalui restorative justice. Jaka menilai, pelecehan seksual terhadap anak merupakan kejahatan berat yang tidak bisa diselesaikan dengan cara damai.

“Tidak ada ruang damai untuk pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Pelaku harus dihukum maksimal sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak dan KUHP agar ada efek jera,” lanjutnya.

Dugaan awal, kasus ini akan dijerat dengan pasal pelecehan seksual dalam KUHP serta Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara.

Meski kini korban sudah mulai kembali bersekolah, kondisi psikologisnya disebut belum stabil. Ia masih sering dilanda ketakutan, apalagi rumahnya berjarak cukup jauh dari sekolah.

“Korban kadang harus jalan kaki atau naik angkot. Diduga pelaku memanfaatkan situasi ini untuk melancarkan aksinya. Saat ini korban selalu diantar pulang,” jelas Jaka.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, pelaku diketahui memiliki hubungan pertemanan keluarga dengan korban, meski keduanya tinggal di dusun berbeda. Warga sekitar juga sempat menaruh curiga terhadap perilaku pelaku dalam kesehariannya.

“Kami menerima laporan bahwa keseharian pelaku dianggap janggal oleh warga. Tidak menutup kemungkinan ada korban lain. Ini harus diusut tuntas,” pungkasnya.

Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi korban dugaan pelecehan seksual saat berangkat sekolah.

Korban berinisial M (17), warga Kecamatan Ngoro, dikenal sebagai pelajar yang hidup dalam keterbatasan namun tetap gigih menempuh pendidikan.

Dari keterangan pihak sekolah, M tinggal bersama nenek dan tiga adiknya yang masih kecil. Sang ibu bekerja dengan jam pulang tak menentu, sementara ayahnya tidak diketahui keberadaannya.

“Setiap pagi ia berjualan nasi bungkus di pasar sebelum berangkat ke sekolah. Karena tidak punya kendaraan, M biasanya berjalan kaki,” ujar salah satu guru korban, Sabtu (18/10/2025).

Namun, perjalanan menuju sekolah yang seharusnya aman justru berubah menjadi mimpi buruk. Saat berjalan, korban bertemu E (40), pria yang merupakan ayah dari temannya, warga Desa Kebondalem, Kecamatan Bareng.

“Pelaku menawarkan tumpangan dengan sepeda motor, dan korban yang sudah mengenalnya menerima tawaran itu,” jelasnya.

Di tengah perjalanan, pelaku diduga berbuat tidak senonoh dengan memberikan uang Rp10.000 dan menyentuh bagian tubuh korban.

“Korban kemudian melompat dari motor dan berlari menuju sekolah sambil menangis histeris,” jelasnya. (Ima/srp)

5

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini