Nuzulul Romadhiyah saat menunjukkan hantaran pernikahan hasil produksinya./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Nuzulul Romadhiyah saat menunjukkan hantaran pernikahan hasil produksinya./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Tidak semua orang berani meninggalkan pekerjaan tetap yang sudah dijalani belasan tahun demi mengejar hobi. Namun, langkah berani itu justru diambil oleh Nuzulul Romadhiyah, warga Dusun Sambong Santren, Desa Sambong Dukuh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Setelah 13 tahun bekerja sebagai kepala toko, perempuan berusia 38 tahun ini memutuskan untuk berhenti dan fokus menekuni hobi membuat kerajinan hantaran pernikahan.

ads

Keputusan yang semula penuh keraguan kini justru mengantarkannya pada kesuksesan. Dari ruang tamu rumah sederhananya, Nuzulul mampu membangun usaha kreatif yang tidak hanya menghasilkan karya indah, tetapi juga mendatangkan keuntungan besar.

Saat musim pernikahan tiba, pesanan hantaran buatannya meningkat hingga 50 persen. Pelanggannya pun datang dari berbagai daerah, mulai dari sekitar Jombang, Bojonegoro, Nganjuk, hingga Merauke, Papua.

Kisah sukses Nuzulul bermula pada tahun 2017. Saat itu, seorang temannya yang hendak menikah mengeluh kesulitan mencari hantaran di Jombang. Pilihan hanya tersedia di kota besar seperti Surabaya dengan harga cukup tinggi.

Nuzulul Romadhiyah saat menunjukkan hantaran pernikahan hasil produksinya./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Nuzulul Romadhiyah saat menunjukkan hantaran pernikahan hasil produksinya./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Melihat peluang itu, Nuzulul spontan menawarkan diri membuatkan hantaran sendiri, meski belum pernah melakukannya sebelumnya.

“Waktu itu saya hanya bermodal keberanian dan bahan seadanya. Tapi ternyata teman saya suka dengan hasilnya. Dari situ saya coba unggah ke media sosial, eh malah banyak yang tertarik dan pesan,” ungkap Nuzulul, Senin (20/10/2025).

Sejak saat itu, pesanan datang silih berganti. Namun, kesibukan di tempat kerja membuatnya kewalahan membagi waktu. Ia akhirnya memutuskan mundur dari pekerjaannya dan fokus mengembangkan usaha kerajinan hantaran dari rumah.

“Setelah 13 tahun jadi kepala toko, rasanya saya ingin punya dunia yang saya cintai. Membuat hantaran itu bukan cuma soal uang, tapi ada kepuasan batin di situ,” tuturnya.

Kini, setiap hari Nuzulul mengerjakan berbagai pesanan, mulai dari hantaran pernikahan, mahar, buket wisuda, hingga souvenir. Semua dikerjakan seorang diri—mulai dari mendesain, menata bahan, hingga menghias dengan sentuhan akhir yang rapi dan elegan.

“Kalau dibilang capek, pasti. Tapi kalau hal yang kita sukai bisa membawa rezeki dan dinikmati, insyaallah capek itu jadi berkah,” ujarnya tersenyum.

Salah satu pelanggannya, Yuanta Pangestu, mengaku puas dengan hasil kerajinan tangan Nuzulul.

“Saya pesan buket wisuda dan cuma butuh tiga jam sudah selesai. Hasilnya rapi banget, sesuai permintaan, dan harganya bersahabat,” katanya.

Harga produk buatan Nuzulul bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya. Untuk satu set hantaran sederhana dibanderol mulai Rp250 ribu, sedangkan paket eksklusif bisa mencapai Rp1,5 juta. Dengan pesanan stabil setiap bulan, omzetnya kini menembus belasan juta rupiah.

Keuletan dan ketekunan menjadi kunci utama keberhasilannya. Ia mengaku tak pernah malu belajar dan selalu terbuka terhadap keinginan pelanggan.

“Setiap pasangan punya tema dan selera berbeda. Tantangannya bagaimana menjaga kualitas tapi juga cepat dan tepat waktu,” imbuhnya.

Bagi Nuzulul, keberhasilan yang diraih saat ini adalah buah dari keberanian mengambil langkah besar. Ia membuktikan bahwa hobi yang dijalani dengan tekun dan sepenuh hati bisa menjadi sumber rezeki yang menjanjikan.

“Dulu saya ragu meninggalkan pekerjaan lama, tapi sekarang saya bersyukur. Dari hobi yang saya cintai, saya bisa mandiri dan membantu ekonomi keluarga,” pungkasnya. (Ima/srp)

8

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini