bongkah.id — Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi meninggalkan Gedung Putih, Rabu (20/1/2021) sekitar pukul 8.15 pagi waktu setempat. Didampingi First Lady Melania Trump, mereka pergi dengan menggunakan helikopter “Marine One”. Sebuah helikopter yang hanya dipergunakan oleh Presiden AS. Bukan mantan Presiden AS.
Namun, sebagaimana karakternya yang egois, Trump ngotot untuk mengendarai Marine One, karena statusnya masih Presiden AS ke-45. Selain itu, karena Joe Biden belum dilantik sebagai Presiden AS ke-46. Sehingga mengendarai Marine One, Air Force One, atau kendaraan Presiden AS lainnya masih menjadi haknya.
Sesaat sebelum menaiki helikopter, Trump dan Melania terlihat berpamitan dengan para pejabat di halaman Gedung Putih. Setelah keluar dari Gedung Putih, Trump langsung menyapa wartawan dan mengatakan pengalamannya menjadi presiden ke-45 AS merupakan “kehormatan besar”. Ia pun menyampaikan selamat tinggal kepada wartawan dan pendukungnya. Trump berharap perpisahan tersebut tidak akan lama.
Saat ini Trump telah mendarat di pangkalan militer AS, Joint Base Andrews. Ia telah menyampaikan pidato dalam upacara perpisahan singkat, sebelum melanjutkan penerbangan ke Palm Beach, Florida.
Biasanya, presiden yang lengser akan meninggalkan Gedung Putih dengan ditemani oleh presiden terpilih, sesaat sebelum memasuki helikopter atau pesawat kepresidenan. Tapi itu tidak terjadi dalam perpisahan Trump pagi ini.
Penerbangan terakhir tak biasanya menggunakan Marine One dan Air Force One. Karena umumnya presiden meninggalkan Gedung Putih, setelah presiden baru dilantik. Sementara pesawat itu hanya diperuntukkan bagi presiden. Biasanya presiden yang keluar dari Gedung Putih menggunakan helikopter “Executive One”.
Sementara sumber The washington Post menyampaikan, ucapan perpisahan sudah disampaikan Wakil Presiden Mike Pence kepada Trump pada Selasa (19/1). Karena itu, Pence tidak terlihat mengantarkan kepergan Trump dari Gedung Putih. Setelah pelantikan presiden terpilih Joe Biden selesai, Pence akan terbang ke Indiana. Selanjutnya melakukan perjalanan bolak-balik dari Indiana dan Washington DC.
MENDIRIKAN PARTAI
Kegagalan dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS 2020 dan sikap Partai Republik terhadapnya, beredar spekulasi jika Trump terobsesi untuk mendirikan partai politik baru. Partai politik yang akan dijadikan kendaraan untuk mengikuti Pilpres AS 2024 nanti.
Mengutip The Wall Street Journal, dalam beberapa hari terakhir Trump dikabarkan bercerita ke beberapa ajudan dan orang dekatnya mengenai niat membentuk partai baru. Partai itu dia beri nama “Partai Patriot”.
Informasi tersebut belum dikonfirmasi secara lugas oleh Trump maupun Gedung Putih. Namun pembentukan partai baru akan membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar.
Salah satunya, kemungkinan menghadapi tantangan oposisi yang intens dari Partai Republik, kalau saja Trump serius ingin menjalankan wacana tersebut. Ini karena adanya partai baru berpotensi membuat Republik kehilangan dukungan, yang sebelumnya didapat dari Trump.
Sedangkan Trump sendiri memiliki basis pendukung yang cukup besar. Bahkan banyak di antara mereka baru terlibat kegiatan politik Partai Republik, semenjak konglomerat real estate itu melenggang di pemilihan presiden 2016. Jajak pendapat juga menunjukkan Trump masih mempertahankan dukungan kuat dari pemilih Partai Republik dari kalangan atas.
Sementara sejak kerusuhan yang dilakukan pendukungnya di Gedung Capitol Hill, sejumlah pejabat Republik mulai mengkritik dan menyalahkan Trump atas insiden itu.
Dalam video perpisahan yang dirilis Gedung Putih pada Selasa (19/1), Trump mengatakan kepada pendukungnya, bahwa “gerakan yang kita mulai baru awal. Tidak pernah ada hal yang seperti ini”.
“Saya pergi dari tempat megah ini dengan hati yang setia dan bahagia, dan jiwa yang optimis, dan kepercayaan diri untuk negara kita dan anak-anak kita. Yang terbaik belum datang,” kata dia, seperti dikutip harian Independent. (rim)