Mahasiswa Unair ajari masyarakat di Desa Tamiajeng Mojokerto urai sampah dengan Magot.
Mahasiswa Unair ajari masyarakat di Desa Tamiajeng Mojokerto urai sampah dengan Magot.

Bongkah.id – Masalah sampah saat ini menjadi persoalan yang sangat krusial, untuk segera diatasi bersama-sama.

Volume sampah yang terus meningkat setiap harinya menyebabkan penumpukan yang berlebih, sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu kenyamanan warga.

ads

Inilah yang membuat mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tergerak, untuk menggelar Belajar Bersama Komunitas (BBK) 5 di Kabupaten Mojokerto bertempat di 3 Kecamatan, yakni Pacet, Trawas dan Gondang mulai 7 Januari hingga 3 Februari 2025.

Salah satunya, di Kecamatan Trawas, kelompok BBK 5 yang berada di Desa Tamiajeng, memberikan pelatihan penanggulangan sampah lewat program Tamiajeng Maggot Initiative (TAMAGO).

Program ini merupakan bentuk inovasi berupa solusi pengelolahan sampah lewat larva lalat tentara hitam (Maggot).

Ketua Kelompok BBK 5 Universitas Airlangga, Muhammad Iqbaal Adzani mengatakan untuk itu memperkenalkan metode pengelolaan sampah organik, dengan memanfaatkan maggot atau larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly) sebagai solusi inovatif dalam mengurangi dampak negatif dari penumpukan sampah.

“Program kerja unggulan Tamiajeng Maggot Initiative (TAMAGO) di gelar di balai Desa Tamiajeng dihadiri Kepala Desa dan perangkat Desa. ​Memperkenalkan metode pengelolaan sampah organik dengan memanfaatkan Maggot atau larva lalat tentara hitam,” katanya, Jumat (17/1/2025).

Iqbaal Adzani melanjutkan dalam kegiatan memperkenalkan pengolahan sampah tersebut para mahasiswa BBK 5, memaparkan cara pengelolaan sampah melalui budidaya Maggot dengan mempraktekkan prosesnya secara langsung kepada warga.

“Alhamdulillah respon warga sangat bagus, positif. Warga antusias mengajukan pertanyaan, terutama terkait proses perkembang biakan Maggot dan potensi ekonominya dalam mendukung perekonomian masyarakat,” jelas mahasiswa Fakultas Ekonomi Islam itu.

Mahasiswa yang akrab di sapa Iqbaal ini menambahkan sebelumnya budidaya dan pemberdayaan Maggot pernah dilakukan di Desa Tamiajeng tapi dikelola secara individu oleh warga bernama Marlin, tapi tidak berkembang dengan baik.

“Pak Marlin, salah satu warga Desa Tamiajeng pernah mencoba mengembang biakkan Maggot menggunakan kotoran puyuh sebagai pakan. Namun, usaha tersebut tidak berhasil karena terbatasnya pasar penjualan maggot pada masa itu,” ungkapnya.

Sementara itu Kepala Desa Tamiajeng Warnoto menerangkan bahwa pengelolahan sampah di Desa Tamiajeng tidak melalui proses pemilahan sampah terlebih dahulu. Sehingga dampaknya terjadi penumpukkan sampah di TPA.

Berharap dengan Program TAMAGO, problem sampah bisa sedikit demi sedikit bisa teratasi. Program mahasiswa KKB 5 positif karena dapat menjadi solusi penumpukan sampah organik.

“Program TAMAGO mahasiswa BBK 5 Unair bagus, harapannya dapat dilanjutkan pihak Desa yang berpusat di TPA milik Desa. Pemberdayaan Maggot ini saya rasa baik sekali, kita tinggal melanjutkan. Untuk pelaksanaanya seperti apa nanti, sudah ada di gudang TPA,” ujarnya. (uyo/sip)

21

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini