
Bongkah.id – Tidak banyak yang tahu, jalinan intelektual antara ulama Nusantara dengan ulama di kawasan Thailand Selatan ternyata sudah berakar lama. Bahkan, banyak pula ulama asal Indonesia yang kemudian menjadi tokoh di kawasan yang disebut sebagai Patani itu, atau bahkan sebaliknya.
Fakta sejarah itu diungkap intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Rektor Universitas Al-Falah As-Sunniyyah (UAS) Kencong Jember, Rijal Mumazziq Zionis, dalam acara Majlis Kerjasama Pelajar Patani di Indonesia (MKPPI) 2025 yang berlangsung di Pondok Pesantren IBU Pakusari, Senin (4/8/2025).
“Salah satu tokoh yang patut dikenang adalah Syekh Abdul Somad al-Falimbani. Beliau bukan hanya ulama besar dari Palembang yang berkiprah di Mekkah dan Madinah, tapi juga syahid dalam perjuangan Islam di Songkla, Thailand Selatan,” jelas Rijal.
Karena itu, mahasiswa Patani dituntut untuk mampu melestarikan dan memperkenalkan kembali karya-karya ulama besar Patani dan Nusantara yang selama ini menjadi tonggak penting dalam sejarah peradaban Islam Asia Tenggara.
Rijal juga menekankan pentingnya mengajarkan kembali warisan keilmuan para ulama tersebut kepada generasi muda agar tidak kehilangan identitas sebagai Muslim Melayu. Mahasiswa Patani di Indonesia, lanjutnya, punya posisi strategis untuk menyambungkan kembali rantai keilmuan dan semangat perjuangan yang diwariskan para pendahulu.
“Mahasiswa Patani harus serius menuntut ilmu. Kita harapkan mereka kembali sebagai intelektual yang mampu menggerakkan perubahan di masyarakat, bukan sekadar akademisi,” tegas mantan Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PCNU Surabaya ini.
Lebih lanjut, Rijal juga mendorong agar mahasiswa Patani yang kuliah di Indonesia untuk aktif di media sosial dengan menyebarkan pesan-pesan positif.
“Kalian bisa memperkenalkan situs-situs bersejarah di Patani melalui Tiktok sehingga itu berkontribusi melestarikan akar budaya Melayu,” papar kandidat doktor Hukum Islam dari UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Acara MKPPI sendiri menjadi wadah konsolidasi mahasiswa Patani yang menuntut ilmu di berbagai kota di Indonesia untuk memperkuat peran mereka sebagai agen perubahan. Forum ini juga menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga akar budaya dan keislaman di tengah arus globalisasi.
“Forum ini didirikan sejak tahun 1985 di Yogyakarta dan menggunakan nama rasmi MKPPI sejak 2000. Majelis Kerjasama Pelajar Patani di Indonesia adalah agenda dwitahunan yang menyatukan pelajar Patani dalam semangat keintelektualan, budaya, dan perjuangan sosial. Forum ini tanpa terikat pada mana-mana parti politik, sehingga menjadi ruang belajar, berdiskusi, dan membina wawasan kolektif untuk masa depan Patani yang lebih cerah,” ujar Ni’areefeen Saleah, Ketua Panitia Penyelenggara MKPPI 2025 saat dikonfirmasi Bongkah.id.
Saat ini, diperkirakan terdapat sekitar 400 pelajar dan mahasiswa asal Patani yang menuntut ilmu di berbagai kota di Indonesia.
Arifin, sapaan akrab Ni’areef Saleah menjelaskan, meski tersebar di berbagai kota di Indonesia, para mahasiswa dan pelajar Patani ini disatukan oleh mimpi besar untuk membangun kampung halamannya menjadi lebih baik lagi ke depan.
“Kalau di Jember sendiri, jumlah mahasiswa dan pelajar asal Patani mencapai sekitar 36 orang. Menurun dibanding sebelum pandemi. Kalau dulu, sempat mencapai 140 orang yang belajar di Jember,” ujar pemuda Patani yang menuntut ilmu di kampus UIN KHAS Jember ini. (ata/sip)