Bongkah.id – Presiden Filipina Rodrigo Duterte tak henti-hentinya membuat kontroversi. Serangan pandemi virus corona agaknya telah membuat Dutete pening dan murka hingga melontarkan ancaman akan menghabisi semua pasien Covid-19 di negaranya.
Kemurkaan Duterte dipicu desakan 80 kelompok lokal yang mewakili 80 ribu dokter dan satu juta perawat agar pemerintah menekan penyebaran virus corona dengan cara lockdown wilayah. Tekanan itu mengingat negara itu mulai kelelahan melawan Covid-19.
Duterte membalas desakan itu dengan cercaan kepada para dokter yang mengungkapkan kekhawatiran tentang situasi dan sistem antisipasi pandemi di Filipina Puncaknya, kemarahan itu meletupkan ancaman akan menghabisi semua warganya yang terjangkit Covid-19.
“Kamu benar-benar tidak mengenal saya. Anda ingin revolusi? Kalau begitu katakan. Silakan, coba saja. Kami akan menghancurkan segalanya. Kami akan membunuh semua orang yang terinfeksi COVID-19,” kata Duterte dengan nada marah seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (4/8/2020).
Ia bahkan menantang para tenaga medis untuk mendeklarasikan revolusi melawan pemerintah karena tekana pandemi Covid-19 ini. Padahal, pernyataan dari para dokter tidak menyinggung apapun tentag revolusi atau gerakan rakyat untuk bangkit melawan pemerintah.
“Itukah yang Anda inginkan? Kita selalu dapat mengakhiri keberadaan kita dengan cara ini,” imbuh Duterte.
Diketahui, kasus Covid-19 di Filipina yang melonjak tajam selama dua pekan terakhir, mencapai 100 ribu. Berkaca pada situasi lebih besar yang memburuk, Duterte akhirnya sedikit melunak. Ia mulai menyadari keterbatasan dan tekanan yang dialami tenaga medis.
“Saya telah mendengar Anda. Jangan kehilangan harapan. Kami sadar Anda lelah,” kata Duterte.
Duterte juga menyetujui usulan mempekerjakan 10 ribu tambahan profesional medis untuk menambah tenaga kerja saat ini dan memberikan manfaat tambahan bagi petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19.
Selain itu, pemerintah Filipina akhirnya terpaksa menuruti saran para tenaga medis dan mengunci sebagian kota-kota besar dalam protokol Modified Enhanced Community Quarantine‘ (MECQ).
Termasuk ibukota negara, Manila dan provinsi terdekat seperti Laguna, Cavite, Rizal dan Bulacan sampai 18 Agustus.
Tak pelak, itu berpotensi memperburuk perkeonomian Filipina. Pasalnya, beberapa kegiatan bisnis dan angkutan umum juga akan ditutup di ibu kota. Dan sedikitnya, seperempat dari 100 juta jumlah penduduk negara itu ikut terdampak. (Ajz/bid)