Cengkeh wonosalam Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Cengkeh wonosalam Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Aroma khas cengkeh menyambut siapa saja yang menapaki lereng-lereng hijau di Kecamatan Wonosalam dan Bareng, Kabupaten Jombang. Di balik udara sejuk dan hijaunya kebun cengkeh, tersimpan geliat ekonomi yang terus bergulir. Cengkeh, salah satu komoditas unggulan dari kawasan ini, ternyata mampu menghasilkan produksi yang cukup menjanjikan.

Setiap tahunnya, produksi cengkeh kering di Kabupaten Jombang mencapai angka yang tidak sedikit, sekitar 363 ton. Angka tersebut diperoleh dari total luas tanam seluas 660,5 hektare, tersebar di dua kecamatan utama penghasil cengkeh, Wonosalam dan Bareng.

ads

Kepala Dinas Pertanian Jombang, M. Rony, menjelaskan bahwa Wonosalam menjadi sentra utama budidaya cengkeh di Jombang dengan luas tanam mencapai 435 hektare.

“Produksi bunga cengkeh di Wonosalam tahun ini mencapai 783 ton, yang menghasilkan sekitar 234,9 ton cengkeh kering,” ujarnya, Jumat (27/6/2025).

Sementara itu, Kecamatan Bareng turut menyumbang dari lahan seluas 225,5 hektare. Di kawasan ini, produksi bunga cengkeh mencapai 428,9 ton dengan hasil kering sebesar 128,35 ton. Dengan harga pasaran bunga cengkeh basah yang mencapai Rp 40.000 per kilogram dan cengkeh kering menembus angka Rp 200.000 per kilogram, potensi pengembangan komoditas ini sangat terbuka lebar.

“Dengan luas tanam mencapai 660,5 hektare, harga bunga basah Rp 40.000 per kilogram dan harga cengkeh kering mencapai Rp 200.000 per kilogram menjadikan peluang pengembangan ke depannya,” tutur Rony.

Tak hanya berhenti pada produksi, pemerintah kabupaten juga terus berupaya hadir dalam setiap tahap budidaya cengkeh. “Dukungan kami dalam meningkatkan kesejahteraan petani cengkeh di antaranya mengalokasikan sarana dan prasarana penunjang budidaya tanaman tembakau, seperti bibit cengkeh sebanyak 3.000 batang,” imbuhnya.

Bibit tersebut rencananya akan disalurkan pada Oktober 2025 kepada lima kelompok tani di Kecamatan Wonosalam dan satu kelompok tani di Bareng. Program ini diharapkan menjadi langkah awal untuk peningkatan tidak hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas hasil panen.

Menurut Rony, pengembangan cengkeh bukan semata soal hasil panen yang melimpah. Lebih jauh, ia menekankan pentingnya efisiensi, kualitas, dan keberlanjutan dalam sistem pertanian.

“Untuk itu kita perlu bersama-sama mencari solusi inovatif untuk peningkatan produktivitas, pengelolaan hama dan penyakit, diversifikasi produk olahan cengkeh, akses pasar dan rantai nilai serta keberlanjutan lingkungan, menerapkan praktik budidaya yang menjaga kelestarian tanah dan lingkungan,” pungkasnya.

Cengkeh Jombang tak hanya menjadi komoditas ekonomi. Ia menjadi simbol semangat petani lokal dalam merawat alam sekaligus meracik masa depan yang lebih menjanjikan, sebuah potensi yang tumbuh dari akar tradisi dan berkembang lewat sentuhan inovasi. (ima/sip)

3

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini