Bongkah.id – Mentari pagi baru saja naik ketika Heri Susanto mulai memetik cengkeh dari pohon-pohon yang tumbuh rimbun di kebunnya. Di Dusun Tukum, Desa Wonosalam, pria ini sudah puluhan tahun menggantungkan hidup dari hasil bumi yang tumbuh subur di kaki Gunung Anjasmoro. Cengkeh, bagi Heri dan banyak warga Wonosalam lainnya, bukan sekadar komoditas. Ia adalah denyut kehidupan.
“Juni dan Juli adalah musim panen raya cengkeh di Wonosalam,” terangnya sembari memetik cengkeh, Jumat (27/6/2025) pagi.
Di tengah hijaunya kebun yang memadukan tanaman cengkeh, durian, dan tumbuhan lain dalam sistem tumpang sari, Heri terus bergerak lincah memetik satu per satu bunga cengkeh yang telah matang.
Musim panen kali ini, kata Heri, cukup menggembirakan meski hasilnya tak sebaik tahun lalu. “Ya kalau dibilang bagus ya lumayan, tapi tidak sebagus sebelumnya. Tahun ini ada sedikit penurunan efek dari cuaca ekstrem,” jelasnya sambil menunjukkan bunga-bunga cengkeh yang berhasil dikumpulkan.
Di lahan seluas 6.000 meter persegi miliknya, Heri menanam sekitar 50 sampai 60 pohon cengkeh produktif, terdiri dari jenis lokal dan sansibar. Dalam satu musim, kebunnya mampu menghasilkan hingga satu ton cengkeh basah.
Harga jual pun terbilang menjanjikan. “Per kilogramnya untuk basah dihargai Rp 35 – Rp 37 ribu. Sedangkan harga kering lebih mahal, yakni Rp 110 — Rp 115 ribu per kg,” ujar Heri.
Ia menambahkan, hasil panennya hampir selalu langsung dibeli oleh pengepul langganan. “Untuk penjualan biasanya sudah ada yang ambil. Jadi kita tidak perlu bingung,” ungkapnya dengan nada lega.
Dalam merawat kebunnya, Heri lebih memilih cara alami. Ia rutin menggunakan pupuk organik dari kotoran kambing, yang menurutnya lebih baik bagi kesuburan tanah. “Tanah lebih subur jika menggunakan pupuk organik,” pungkasnya.
Di Wonosalam, cerita Heri bukanlah satu-satunya. Di setiap jengkal tanah di lereng Anjasmoro, aroma cengkeh menjadi bagian dari kisah hidup warga. Panen cengkeh bukan hanya soal cuan, tapi juga tentang menjaga warisan, merawat alam, dan menapaki hari esok yang lebih sejahtera. (ima/sip)