Bongkah.id – Pengrajin tali goni di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, berjuang agar tetap eksis di saat penjualan menurun akibat gempuran tali nilon dan rafia. Salah satunya, Jumiran (46), yang hanya bisa memproduksi 700-800 kilogram tali dari bahan karung bekas dalam sepekan.
Jumlah tersebut jauh menyusut dibanding masa jaya bisnis tali goni yang ditekuni Jumiran sejak tahun 1990an silam. Pada masa itu, kapasitas produksinya mencapai 1 ton lebih dalam sepekan.
“Sebelumnya saya menjadi karyawan di sragen, kemudian saya bisa memproduksi tali goni sendiri di rumah. Kalau sekarang sekitar 700 kilogram hingga 800 kilogram saja,” ujarnya, Senin (24/7/2023).
Jumiran mengungkapkan, penurunan produksi itu disebabkan banyaknya tali dari bahan plastik atau nilon beredar di pasaran. Tali jenis ini menyedot peminat karena lebih efisien dan rapi dibanding goni.
“Dulu ramai peminat, namun sekarang banyak konsumen yang berpindah ke tali bahan nilon,” ungkap warga Dusun Banggle, Desa Dapurkejambon, Kecamatan Jombang itu.
Meski begitu, tak sedikit juga masyarakat yang masih membutuhkan tali goni, seperti kebutuhan pembatas sumbu kapal dan juga tali tembakau.
“Alhamdulillah masih bisa kirim ke luar pulau untuk kebutuhan pembatas sumbu kspal seperti di Sumatera, Karimun. Untuk lokal kami kirim di Bojonegoro,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, proses pembuatan tali goni ini melibatkan banyak warga sekitar meski upahnya sedikit. Sementara harga yang dipatok untuk per kilogram tali goni milik Jumiran ini sangat murah, hanya sebesar Rp 15 ribu saja.
“Pertama kita kumpulkan karung goni bekas kemudian dilepas dan di proses penyambungan yang dikerjakan oleh tetangga sekitar. Kemudian di kintal disini agar menjadi tali yang sempurna,” jelas dia. (ima)