Bongkah.id – Jumlah pasien positif virus corona (Covid-19) di Jawa Timur terus meroket, per Rabu (24/6/2020) sudah menembus 10.298 kasus. Angka tersebut hanya selisih 106 kasus dari DKI Jakarta yang selama ini menjadi epicentrum penyebaran Covid-19 tercatat 10.404 kasus.
Ironisnya, jumlah pasien yang meninggal di Jatim lebih tinggi dibanding DKI. Kendati, angka kesembuhannya juga tercatat melampaui jumlah pasien yang sembuh di Jakarta.
Meroketnya jumlah kasus positif Covid-19 di Jatim mendekati DKI Jakarta tak lepas dari tambahan pasien yang paling tinggi di antara provinsi lain dalam beberapa pekan terakhir. Situasi ini menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 pusat.
“Saya akan mengurai apa pokok persoalannya. Kalau karena protokol kesehatan, ya protokol kesehatannya harus terus didisiplinkan supaya bisa mengurangi angka tertular,” ujar Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto saat meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya, Rabu (24/6/2020).
Menkes menegaskan segera mengirim bantuan dokter umum dan perawat ke RSUD Dr Soetomo, Surabaya, menyusul kurangnya tenaga kesehatan di RS milik Pemprov Jatim itu.
“Gelombang pertama yang kami dorong ke sini adalah dokter, kemudian perawat,” janjinya.
Menurutnya, bantuan tenaga medis ini diberikan atas permintaan Direktur Utama RSUD dr Soetomo, Dr Joni Wahyuhadi, karena banyak yang kewalahan akibat jumlah pasien terpapar covid-19 sangat banyak setiap harinya. Bahkan, lanjutnya, tak sedikit pasien covid-19 yang tidak mendapat kamar karena telah terisi penuh.
“Ini agar RSUD Dr Soetomo bisa lebih ringan. Kami ingin relaksasi terjadi dan sudah buat protokol supaya relawan tidak positif,” ucapnya.
Terawan mengatakan, kunci untuk memutus mata rantai penularan covid-19 adalah pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin di berbagai lokasi. Ia juga mendorong agar masyarakat membudayakan perilaku hidup sehat dengan pedoman sesuai protokol kesehatan pencegahan virus.
“Protokol kesehatan itu harus sudah menjadi budaya dan melekat di hati sanubari penduduk,” ucap Menkes Terawan.
Meski demikian, dalam kasus sebaran Covid-19 di Surabaya yang menjadi penyumbang terbanyak di Jatim, Terawan tidak menyarankan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali. Terawan mengatakan PSBB diterapkan atas permintaan pemerintah daerah setempat berdasarkan kesanggupan dalam penerapannya.
“Tidak (perlu). Semua namanya PSBB itu permintaan dari daerah, karena menyangkut kesanggupannya dalam penerapannya,” kata Terawan.
Pihaknya terus menjalin komunikasi intensif dengan daerah dalam upaya memutus mata rantai penyebaran covid-19. Komunikasi intensif dinilai menjadi kunci utama agar langkah-langkah yang dilakukan di daerah, sejalan dengan apa yang diupayakan pemerintah pusat.
“Komunikasi dan koordinasi antara daerah dengan pusat terus dilakukan untuk mengetahui secara tepat kesulitan masing-masing daerah dalam upaya penanganan Covid-19. Sehingga penerapan protokol tidak salah. Sinkronisasi semua hal yang kita rencanakan cocok dengan kebutuhan dan keperluan daerah,” jelasnya.
Menkes menyatakan, protokol kesehatan juga menjadi prioritas dalam mengantisipasi penularan corona ke tenaga medis. Terlebih banyak kasus tenaga medis yang terpapar Covid-19. Baru-baru ini, di RSUD dr Soetomo tercatat ada 12 dokter yang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) terpapar virus corona.
Sementara Direktur Utama RSUD dr Soetomo, Dr Joni Wahyuhadi mengakui pihaknya kewalahan dalam menangani kasus covid-19 yang terus tinggi sehingga meminta bantuan tenaga medis.
“Saya mohon bantuan tenaga kesehatan, tentang jumlah dan materinya sedang kami pertimbangkan. Ini penting untuk membantu kami sehingga bisa bergantian dan tidak kelelahan,” tuturnya.
Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Airlangga (Unair), Dr Windhu Purnomo menuturkan, sebagian besar kasus positif Covid-19 di Jawa Timur disumbang dari Surabaya.
“Jawa Timur diwarnai separuh di Surabaya. Penularan masih terus terjadi. Kasus positif Covid-19 terus meningkat karena masyarakat tertular dan pemerintah belum berhasil memutuskan rantai penularan. Warga sebagian masih menulari,” ujar Windhu, Rabu, (24/6/2020).
Rupanya hal ini berkaitan dengan attack rate (tingkat serangan) dan rate of transmission (laju penularan) di Surabaya yang begitu tinggi.
Menurut Tim Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, Makhyan Jibril Al-Farabi , laju penularan COVID-19 di Jatim saat ini mencapai 1,0, sementara di Surabaya sendiri sampai 1,4. Artinya, dalam rentang masa reproduksi virus selama 5-7 hari, dari 10 orang positif Corona akan bertambah menjadi 14 orang.
“Semakin angka transmission rate-nya di atas 1, maka potensi terbentuknya kasus baru akan semakin tinggi. Karena ini masih naik terus maka pertumbuhan kasus barunya ya akan masih jalan.” ujar Makhyan, Selasa kemarin (23/6/2020).
Sedangkan tingkat serangannya menyentuh angka 189,3, jauh lebih tinggi ketimbang terakhir kali dipublikasikan yang mencapai 139,7. Angka ini menunjukkan sekitar 190 dari 100 ribu orang Surabaya positif Covid-19. (bid)