bongkah.id – Gegara aplikasi perpesanan WhatsApp mengubah kebijakan privasi penggunanya. Berbagi data penggunanya dengan aplikasi media sosial Facebook dan Instagram untuk kepentingan bisnis, jutaan pengguna WhatsApp memilih berpaling. Mereka berpindah ke aplikasi perpesanan Telegram dan Signal. Alasannya simple. Tak ingin datanya dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis Facebook dan Instagram.
Signal saat ini memiliki sekitar 7,5 juta penginstalan secara global dari App Store dan Google Play hanya dalam waktu singkat, yakni sejak tanggal 7-10 Januari 2021. Jumlah itu lebih dari 43 kali penginstalan yang diterima selama pekan sebelumnya, menurut Sensor Tower.
Tren popularitas aplikasi Signal memang terus meroket dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah WhatsApp mengubah kebijakan privasi penggunanya. Yang dipaksa untuk menyetujui data pribadinya dibagikan pada Facebook dan Instagram, untuk kepentingan bisnis perusahaan milik Mark Zoekerberg itu.
Tak hanya Signal, aplikasi perpesanan terenkripsi lainnya Telegram juga mengaku, telah menarik 25 juta pengguna baru dari seluruh dunia dalam 72 jam. Penambahan itu menjadikan total basis pengguna aktifnya menjadi 500 juta.
Lonjakan besar dalam lalu lintas Signal dilaporkan telah menyebabkan beberapa gangguan. Misalnya, kode verifikasi untuk pendaftaran pengguna baru menjadi tertunda.
Dari semua faktor itu, dampak kebijakan privasi baru WhatsApp mungkin menjadi penyumbang terbesar penginstalan Signal. Banyak pengguna WhatsApp kecewa dengan data pengguna yang bisa dibagi ke Facebook yang memiliki reputasi bermasalah dalam hal melindungi data pengguna.
Sebagaimana diketahui, Telegram merupakan aplikasi perpesanan instan multiplatform berbasis awan yang bersifat gratis dan nirlaba. Fungsi, sistem pendaftaran, dan operasional aplikasi milik wirausahawan Rusia Pavel Durov ini sama dengan WhatsApp. Aplikasi yang mulai rilis tahun 2013 ini dikembangkan Telegram Messenger LLP bermarkas di Berlin, Jerman.
Sementara Signal adalah layanan pesan terenkripsi terpusat lintas platform yang dikembangkan oleh Signal Foundation dan Signal Messenger. Mulai rilis tahun 2014. Dan, tahun 2018 diluncurkan sebagai aplikasi non-profil pada Februari 2018, dengan dana awal US$50 juta (sekitar Rp708 Miliar) dari kocek pribadi Brian Acton setelah hengkang dari Facebook Inc dan WhatsApp pada tahun 2017. Brian mundur diri, karena tak setuju dengan rencana Facebook memonetisasi WhatsApp dengan iklan. Brian pula yang mendeklarasikan tagar #DeleteFacebook di Twitter.
Ironisnya, migrasi besar-besaran yang dilakukan pengguna WhatsApp ke Signal mendatangkan masalah. Kelebihan muatan (overload server) pada Jumat (15/1/2020) waktu setempat. Atau Sabtu (16/1/2021) WIB. Aplikasi macet selama 24 jam. Pengguna tidak bisa saling berkirim pesan dan lainnya.
Seperti dilansir dari The Verge, Senin (18/1), Signal mengatakan pada sebuah cuitannya di akun twitternya. Signal telah beroperasi normal, tapi penggunanya masih akan menemui eror dalam pesan obrolan. Gangguan itu merupakan ‘efek samping’ dari pemadaman sementara akibat overload penggunaan.
Kendati demikian, Signal menjamin gangguan itu tidak mempengaruhi keamanan pengguna platform tersebut. Hanya saja, mungkin pengguna akan melewatkan pesan dari pengguna lain. Namun, akan diperbarui pada pembaruan berikutnya sebagaimana dikutip dari News break.
Signal memberikan fitur enkripsi pada komunikasi video, suara dan teks yang diklaim aman, dan memiliki lonjakan pengguna baru beberapa minggu terakhir.
Selama pemadaman, Signal men-tweet bahwa “bekerja secepat mungkin untuk menghadirkan kapasitas tambahan secara online untuk menangani lonjakan puncak trafik.”
Signal mendapati serbuan pengguna diduga imbas banyaknya pengguna WhatsApp yang ganti aplikasi, sebagaimana diakui dalam akun resmi Twitter-nya. Signal mengaku menerima jutaan pengguna baru setiap hari hingga harus menambah server baru dan kapasitas ekstra.
“Kami telah menambah sejumlah server baru dan kapasitas ekstra dengan kecepatan rekor setiap hari di pekan ini tanpa henti, tetapi hari ini (server) bahkan melampaui proyeksi paling optimistik kami. Jutaan demi jutaan pengguna baru mengirimkan pesan, bahwa privasi itu penting. Terima kasih atas kesabaran Anda,” keterangan resmi Signal.
Sebelumnya dilansir Androidpolice, gangguan yang dialami pengguna Signal dalam beberapa hari terakhir dilaporkan berbeda-beda. Sebagian pengguna Signal mengalami masalah, bahkan saat hendak melakukan log-in. Sementara beberapa pengguna mengaku, tidak dapat mengirim pesan. Sebagian orang lainnya mengaku, tidak dapat menerima pesan.
Sedangkan CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, bahkan ikut angkat bicara soal gangguan teknis yang dialami Signal. Sebelumnya Elon Musk termasuk orang yang gencar meminta pengguna WhatsApp untuk pindah ke Signal.
Musk mengatakan, server side code atau teknik yang digunakan dalam pengembangan web Signal terlalu padat aktivitas. Hal itu disampaikan Musk melalui kicauan di akun Twitter-nya. Merespons pernyataan Signal. (ima)