Foto : penyerahan buku Memetri Sejarah Dukuhmojo kepada Pj Bupati Jombang./Karimatul Maslahah/
Foto : penyerahan buku Memetri Sejarah Dukuhmojo kepada Pj Bupati Jombang./Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Desa Dukuhmojo, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dulunya merupakan hutan belantara yang terkenal angker. Hutan tersebut kemudian dibabat oleh punggawa dari kerajaan Majapahit yang bernama mbah Hasan Joleno.

Oleh sebab itu, buku “Memetri Sejarah Dukuhmojo” yang dilaunching hari ini menceritakan tentang hubungan erat antara desa Dukuhmojo dengan kerajaan Majapahit.

ads

Dikutip dari buku “Memetri Sejarah Dukuhmojo” karya Dian Sukarno yang bekerjasama dengan Pemdes Dukuhmojo, menceritakan kisah sekelompok orang yang mencari tempat untuk pemukiman, kemudian kelompok itu menebangi kayu-kayu di hutan tersebut.

Sebagian hutan digunakan untuk perumahan dan yang lainnya digunakan sebagai tempat menanam kebutuhan makanan sehari-hari.

“Beberapa bulan kemudian lamanya maka hutan yang tadinya rimbun ini, jadilah ladang-ladang yang sangat luas dan perdesaan kecil yang sederhana sehingga belum ada pemimpinnya sama sekali serta belum tertata seperti sekarang ini,” ujar Kades Dukuhmojo Nur Aini Ruba’i pada, Rabu (17/7/2024).

Dari cerita sesepuh desa, mbah Hasan Joleno selalu membacakan doa dan wirit selepas salat untuk membersihkan keangkeran hutan tersebut.

“Waktu itu pada masanya dukuhan tersebut sangat wingit dan angker, maka beliau membaca wirit wirit sebagimana beliau baca setiap selesai sholat dan malam harinya beliau membaca wirit kalimat tauhid Illallah- illallah setiap malam keliling desa atau dusun maupun perkampungan tersebut,” papar dia.

Diceritakan, mbah Joleno punya keturunan yang bernama Mbah Hartono. Ia menjadi bekel atau kepala desa tanpa pemilihan, melainkan ditunjuk langsung oleh masyarakat.

Dalam masa hidupnya, Mbah Hartono mempunyai dua anak perempuan dan laki-laki. Masing-masing anak pertama bernama Murti Kadal dan anak kedua bernama Mursahid.

Lalu Murti Kadal dinikahkan dengan seorang yang bernama kholifah Mujnar. Kemudian mbah Mursahid nikah dengan mbah Aryumi.

“Perjuangan beliau dalam bidang keagamaan dilanjutkan oleh banyak tokoh-tokoh agama yang terkenal termasuk mbah Kholifah Mujnar di bagian Kemodo bagian selatan, yang sekarang juga berdiri pondok pesantren dan masjid sampai sekarang,” jelasnya.

Sedangkan, wilayah Kemodo bagian utara dalam keagamaan dilanjutkan K. Abdul Karim (anak mbah Qomar).

Sementara, untuk Wonoayu Timur ada tokoh agama penerus mbah Hasan Joleno, yang bernama K. Imam Ahmad (Mbah Ahmad).

Diceritakan, ia adalah tokoh pendahulu yang dimakamkan di makam belakang Masjid Roudiotul Ulum Wonoayu Timur dan sebagian Wonoayu barat.

“Beliau mendirikan pondok pesantren yang namanya Pondok Pesantren Roudlotul ‘Ulum” sampai sekarang masih eksis keberadaanya,” papar dia.

Tak berhenti disitu, untuk Wonoayu sebelah barat dibabat oleh mbah Kudo Waningpati dan untuk dusun Mojolegi dan Dukuhsanan dibabat oleh mbah Wirosentono.

“Setelah cita-cita semua pemimpin ini terwujud maka dalam suatu pertemuan, disepakati mana yang paling strategis untuk dijadikan perumahan dan mana yang strategis untuk dijadikan lahan ladang persawahan untuk menentukan nama-nama dusun,” pungkasnya.(ima)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini