Peletakan batu pertama Ipal komunal yang dibangun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI bersama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pemkab Jombang di Mayangan, Jogoroto. Bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Peletakan batu pertama Ipal komunal yang dibangun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI bersama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pemkab Jombang di Mayangan, Jogoroto. Bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Persoalan limbah tahu yang kerap meresahkan warga akhirnya ditangani secara serius. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI bersama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pemkab Jombang, Jawa Timur memulai pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto.

Peresmian pembangunan ditandai dengan penanaman pohon serta peletakan batu pertama. Acara ini dihadiri Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air KLHK RI, Tulus Laksono, Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PGN, Rahmat Hutama, Bupati Jombang Warsubi, serta Forkopimda Kabupaten Jombang.

ads

Direktur SDM PGN, Rahmat Hutama, menegaskan pihaknya berkomitmen menghadirkan solusi lingkungan melalui program tanggung jawab sosial (CSR).

“Kami bekerja sama dengan KLHK dan Pemkab Jombang untuk menghadirkan energi bersih, lingkungan hijau, sekaligus memperkuat ekonomi lokal,” ujarnya, Selasa (16/9/2025).

Selain pembangunan IPAL komunal, program lain yang digagas meliputi pemanfaatan eceng gondok dan minyak jelantah menjadi biofuel, serta pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Seluruhnya akan berjalan bertahap pada 2025–2026.

Bupati Jombang, Warsubi, menyebut industri tahu telah menjadi ikon ekonomi lokal sejak 1970. Saat ini terdapat 88 unit usaha tahu di Desa Mayangan, Sumbermulyo, dan Ngumpul. Namun, produksi tahu juga menghasilkan limbah sekitar 1,76 juta liter per hari yang berdampak pada penurunan kualitas air sungai.

“Pemkab Jombang berkomitmen menangani persoalan limbah melalui pembangunan IPAL, pemanfaatan biogas, serta langkah darurat pencemaran. Meski ada keterbatasan anggaran dan SDM, kami mendorong penguatan kelembagaan melalui koperasi pengrajin tahu,” tegas Warsubi.

Direktur KLHK, Tulus Laksono, menambahkan persoalan limbah tahu telah dilaporkan sejak 2024. Limbah yang sebagian besar bermuara ke Sungai Brantas dinilai berpotensi merusak lingkungan hingga memicu konflik sosial.

“Industri tahu di Desa Mayangan menghasilkan sekitar 1,2 juta liter air limbah per hari. Ini ancaman serius bagi keberlanjutan Sungai Brantas,” ungkapnya.

Menurut Tulus, pembangunan IPAL yang didukung dana CSR PGN senilai Rp7,7 miliar ditargetkan mampu menekan volume limbah dari 1,26 juta liter per hari menjadi 995.600 liter. Beban pencemar yang sebelumnya 1.533 ton BOD per tahun juga diproyeksikan turun menjadi 969,44 ton BOD per tahun.

KLHK juga mendorong pengrajin tahu untuk lebih hemat menggunakan air, memanfaatkan limbah sebagai biogas, dan memperkuat paguyuban.

“Melalui penguatan organisasi, pengelolaan limbah bisa berjalan lebih tertata dan berkelanjutan,” tandasnya. (Ima/sip)

13

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini