Bongkah.id – Seorang anggota Polresta Mojokerto yang menjabat Kapolsek memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya, Minggu (11/8/2024).
Korban merupakan Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Kompol Maryoko.
Maryoko ditemukan meninggal dunia di rumahnya Dusun Sambiroto, Mlaten, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto sekira pukul 13.10 WIB.
Korban pertama kali ditemukan sang istri ketika pulang ke rumahnya.
Kapolres Kota Mojokerto, AKBP Daniel S Marunduri melalui Kasi Humas Iptu Agung Suprihandono mengatakan jika korban mempunyai riwayat penyakit stroke ringan dan jantung.
“Mungkin diduga karena sakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Mungkin itu yang melatarbelakangi korban bunuh diri,” tutur Agung, Minggu (11/8/2024).
Dua bulan lalu dikatakannya, Kompol Maryoko sempat menjalani perawatan di RS Gatoel karena serangan penyakit jantung.
“Korban juga mempunyai riwayat stroke ringan,” tambah Agung.
Sebelum menjabat Kapolsek Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Kompol Maryoko pernah menjabat sebagai Kabag Ops dan pada tahun 2014 sebagai Kasat Reskrim saat masih berpangkat AKP.
Maryoko meninggalkan seorang istri yang berprofesi sebagai guru dan dua orang anak.
Dikutip dari Hallosehat, tindakan bunuh diri umumnya dilakukan atas dasar luapan emosi dan tanpa pikir panjang dengan keputusan yang hanya dibuat beberapa menit atau jam sebelumnya.
Mungkin juga akibat alasan yang mengendap lama tanpa pengetahuan orang lain.
Sebagian besar orang yang mencoba bunuh diri memiliki penyakit jiwa. Lebih dari 90 persen orang yang bunuh diri memiliki gangguan mental, seperti depresi, gangguan bipolar, atau diagnosis lainnya.
Penyakit kronis, penyalahgunaan zat, trauma kekerasan, faktor sosial ekonomi, hingga putus cinta pun umum menjadi pendorong keinginan bunuh diri.
Kepala psikiatri dan kesehatan perilaku di The Ohio State University Wexner Medical Center, Dr John Campo mengatakan sebaliknya bagi mereka yang berpikir untuk mengakhiri nyawanya, berpikir masalah dan kesakitan mereka akan hilang dengan mencoba bunuh diri.
“Untuk alasan yang tidak kita pahami sepenuhnya, beberapa orang mengalami keputusasaan dan rasa sakit yang begitu dalam sehingga mereka percaya bahwa mereka lebih baik mati saja,” ujarnya.
Dijelaskan Jhon, semua orang menghadapi masalah dalam hidup. Satu perbedaannya adalah bahwa diantara individu-individu yang memutuskan mengakhiri nyawanya sendiri, masalah mereka ini menyebabkan rasa sakit atau keputusasaan yang luar biasa sehingga mereka tidak dapat melihat jalan keluar yang lain.
Semasa hidupnya, orang-orang ini tampaknya baik-baik saja dan bisa menjalani hidup normal layaknya orang lain, tidak menderita maupun terluka.
Tapi itu benar-benar hanya karena mereka sangat hebat dalam menutupi masalah mereka. Tepat di balik itu semua tersimpan pusaran dari konflik emosional dan kekacauan jiwa.
“Orang-orang yang berniat bunuh diri tahu bahwa mereka harus menyimpan dan mematuhi rencana mereka sendiri jika mereka akan melakukan tindakan tersebut,” kata asisten profesor psikiatri di Harvard Medical School, Dr. Michael Miller.
Inilah sebabnya mengapa akan sangat sulit bagi orang sekitar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan orang-orang yang memutuskan bunuh diri. (tyan/rix/rf)