bongkah.id – Prajurit TNI AD terpapar Covid-19 di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) Bandung, ditantang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa untuk melakukan donor plasma darah apabila telah sembuh. Tantangan tersebut merupakan aplikasi dari sumpah prajurit TNI. Melindungi bangsa dan negara Indonesia.
Sebagaimana diketahui, saat ini jumlah pasien positif Covid-19 di Secapa AD sebanyak 1.280 orang. Dari jumlah itu, 991 di antaranya merupakan perwira siswa. Sisanya 289 adalah staf atau anggota dari Secapa AD beserta keluarganya.
“Tantangan saya pada para prajurit TNI AD di Secapa AD Bandung itu merupakan aplikasi dari sumpah prajurit TNI. Dengan mendonorkan plasma darah mereka setelah sembuh dari Covid-19, maka para prajurit telah terlibat langsung dalam penanggulangan Covid-19. Insya Alloh pahala dobel diberikan Alloh pada para prajurit tersebut. Pahala duniawi dan pahala akherat,” kata Jenderal Andika Prakasa saat dikonfirmasi, Sabtu (11/7/2020) sore.
Selain disampaikan pada para perwira siswa di lapangan kompleks Secapa AD, ternyata mantan Pangkostrad itu juga menyampaikan langsung kepada tiga perwira, yang kini dinyatakan terpapar Covid19 orang tanpa gejala (OTG). Ketiga perwira itu adalah Zaskiyah Noviati dari Mabes AD, Dede dari Kodim 0821 Lumajang, dan Aditia dari PUSPOM AD. Mereka terpilih secara acak sebagai wakil para perwira siswa Secapa AD, yang terpapar Covid-19.
Yang mengejutkan, pertanyataan Andika tentang perasaan dan keluhan para perwira tersebut pasca dinyatakan terpapar Covid-19, ternyata mendapat jawaban senada. Perwira Zaskiyah, Dede, dan Aditia mengaku, secara fisik tidak merasakan keluhan gangguan kesehatan. Mereka tidak mengalami serangan batuk, pilek, sesak bernafas, dan semua gejala positif Covid-19. Mereka merasakan sehat sebagaimana standart prajurit TNI.
Karena itu, mereka mengaku sangat kaget dan sedih saat dinyatakan positif Covid-19. Namun, perasaan itu tak dipungkiri hanya datang sekejap. Mereka sadar, terinfeksi Covid-19 itu telah menjadi takdirnya. Takdir itu mereka terima secara positif, sehingga melahirkan aura positif yang mempercepat kesembuhan dari Covid-19.
“Hasil tes Aditia saat ini menunjukkan positif. Kalau nanti setelah tes swab kedua hasilnya negatif dan dinyatakan sembuh, apakah Aditia bersedia bersedia menolong masyarakat Indonesia lain yang sedang positif Covid-19 melalui donor plasma darah atau donor darah untuk?” tanya Andika selanjutnya. Pertanyaan sama, juga diberikan pada Zaskiyah dan Dede.
Atas pertanyaan yang disampaikan alumni Akademi Militer 1987 itu, ketiga perwira siswa Aditia, Zaskiyah, dan Dede memberikan jawaban beragam. Yang bersumber pada kesediaan untuk memberikan bantuan pada pasien Covid-19 lainnya, dengan mendonorkan plasma darah masing-masing.
Di hadapan para perwira siswa Secapa AD itu, Andika menjelaskan, bahwa terapi plasma darah saat ini tengah digunakan pemerintah sebagai cara lain untuk penyembuhan pasien Covid-19. Proses donor plasma darah itu, para mantan pasien Covid-19 akan diambil 100 cc darahnya. Prosesnya sama dengan donor darah biasa. Selanjutnya dari darah yang disumbangkan itu, akan diambil plasma darahnya. Yang kemudian akan dimanfaatkan sebagai terapi kesembuhan pasien Covid-19 lainnya.
“Terapi plasma darah yang kini menjadi salah satu program pemerintah dalam penyembuhan pasien Covied-19 itu, ternyata sudah mampu menyembukan banyak kasus pasien Covid-19 di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Sebagai informasi, terapi plasma darah pada saat ini merupakan cara pengobatan yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia. Terapi ini memanfaatkan bagian plasma darah penyintas Covid-19. Salah satu program penyembuhan pasien Covid-19 ini, terbukti mampu menyembukan bnyak kasus pasien Covid-19 di seluruh Indonesia.
Dalam kondisi terinfeksi virus corona, menurut situs Wired, sistem imun tubuh akan mulai memproduksi antibodi, khususnya sel pelindung yang mengenali dan melawan virus corona. Saat pasien dinyatakan sembuh, antibodi ini akan tersimpan dengan sendirinya dalam darah.
Terapi plasma darah untuk penyembuhan pasien Covid-19 ini, sesungguhnya merupakan ‘daur ulang’ dari strategi yang dilakukan para ahli kesehatan dunia untuk membantu mengobati pasien campak sebelum ditemukan vaksin. Terapi plasma darah ini juga sempat diterapkan saat wabah Ebola, SARS, MERS, Flu Burung, dan Flu Babi. (rim)