Bongkah.id – Presiden Joko Widodo dihadapkan pada dua pilihan sulit di antara melanjutkan penerapan new normal demi membangkitkan perekonomian dan upaya menekan penyebaran Covid-19 yang angkanya kembali melesat.
Jokowi sesungguhnya tidak ingin, semangat daerah untuk menggenjot ekonomi justru mengesampingkan urusan kesehatan yakni upaya pencegahan Covid-19. Karena itu, presiden mengingatkan seluruh pemerintah daerah dan jajarannya agar berupaya menggerakkan kembali sektor ekonomi seiring dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
“Gas dan remnya itu betul-betul harus dikendalikan benar. Jangan sampai yang digas hanya ekonominya saja, tapi nanti Covid-nya meningkat, hati-hati. Dua-dua (ekonomi dan kesehatan) harus dikendalikan dengan baik,” ujar Jokowi via telekonferensi dari Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020).
Presiden meminta semua daerah berhati-hati dan tetap mengendalikan kasus Covid-19, termasuk yang kasusnya terbilang masih sedikit. Sebab, kalau angka yang masih terbilang kecil ini tidak dikendalikan dengan benar, maka jumlahnya bisa bertambah banyak.
“Manajemen krisis tidak dilakukan, rakyat tidak diajak untuk kerja sama-sama, hati-hati. Jangan dianggap enteng,” kata Jokowi.
Sejak virus corona merebak di tanah air, awal Maret 2020 lalu, jumlah orang yang positif terinfeksi terus melonjak. Per Kamis (9/7/2020) kasus positif Covid-19 tercatat tembus 70.736 pasien dengan 32.651 sembuh dan 3.417 jiwa meninggal dunia.
Merujuk data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, sejak 1 sampai 8 Juli, kasus positif virus corona bertambah di atas 1.000 orang per hari.
Hari ini lonjakan kasus baru mencapai 2.657 orang dalam sehari. Ini merupakan catatan tambahan kasus tertinggi sejak pengumuman kasus pertama pada 2 Maret 2020.
“Perlu saya ingatkan sudah lampu merah lagi, hari ini secara nasional kasus positif tinggi sekali hari ini, 2.657,” tegas Jokowi.
Karena itu, Jokowi lagi-lagi mengingatkan, pemerintah daerah agar ekstra berhati-hati sebelum memutuskan akan menerapkan new normal. Salah satunya memikirkan waktu yang tepat untuk tatanan kebiasaan baru.
“Timing-nya, waktunya kapan mulai masuk ke new normal. Ini penting sekali. Tidak langsung ujug-ujug diputuskan langsung masuk new normal. Hati-hati soal ini,” tutur Jokowi. (bid)