Bongkah.id – PT PLN (Persero) menegaskan tidak melakukan kecurangan terkait tagihan listrik bulan Mei 2020. Jumlah tagihan sudah sesuai dengan angka di meteran listrik yang diperiksa petugas dan dikirimkan secara realtime online ke sistem basis data PLN.
Senior Executive Vice President Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono menjelaskan alur untuk memvalidasi pemakaian listrik setiap pelanggan. Ia menyebutkan, petugas yang mengecek ke rumah pelanggan selalu mendokumentasikan stand meteran dan mengirimkannya langsung ke basis data PLN melalui ponsel.
“Foto-foto dikirim dengan menyertakan GPS, jadi petugas lapangan tak mungkin mengelabui sistem,” kata Yuddy dalam diskusi melalui video conference, Senin (8/6/2020).
Yuddy menjelaskan, petugas lapangan bahkan sudah bersusah payah untuk menjalankan metode pemeriksaan dan validasi tagihan ini. Tak jarangan, petugas menghadapi kesulitan ketika stand meteran pelanggan ada di balik pagar yang terkunci atau adanya kendala lain.
“Kan enggak mungkin petugas PLN manjat pagar, terus mencatat. Kadang ada hewan peliharaan di di rumah yang kelihatan galak sehingga petugas PLN tidak bisa catat meteran,” tuturnya.
Pernyataan Yuddy merespon keluhan pelanggan yang membanjiri media sosial. Banyak juga pelanggan yang menyerbu kantor PLN untuk mengadukan melonjaknya tagihan listrik mereka.
Yuddy menerangkan beberapa alasan kenapa tagihan listrik pelanggan yang ditagihkan pada Bulan Juni 2020 ini tiba-tiba melonjak. Menurut Yuddy, pertama karena adanya kebijakan work from home (WFH).
Ia menilai, kebijakan WFH membuat konsumsi lebih tinggi dari biasanya. Karena banyaknya anggota keluarga berada di rumah.
“Kita tahu WFH bulan Maret berarti larinya rekening April dan Mei. Pencatatan WFH tadi menyebabkan peningkatan konsumsi listrik bagi sebagian pelanggan rumah tangga,” ungkap Yuddy.
Kedua, karena Mei bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Yuddy mengatakan, saat Ramadhan, konsumsi listrik acapkali lebih panjang karena sebagian pelanggan bangun lebih awal untuk memulai aktivitas.
“Kami punya data saat Ramadhan dibanding bulan-bulan sebelum Ramadan terjadi kenaikan pemakaian konsumsi listrik. Kalau Ramadan kita bangun lebih awal lampu-lampu dinyalakan semuanya artinya konsumsi lebih panjang,” jelasnya.
Ketiga, saat WFH pencatatan listrik dihitung berdasarkan rata-rata 3 bulan sebelumnya atau sebelum WFH. Sementara, pemakaian listrik pada bulan April dan Mei mengalami peningkatan karena WFH.
Karena itulah, kelebihan pemakaian listrik pada April dan Mei yang belum terhitung dan terbayarkan disebabkan perhitungan rata-rata 3 bulan sebelumnya tadi. Lalu, pada bulan Juni, perhitungan listrik dihitung dengan sesungguhnya ditambah kelebihan listrik April dan Mei.
“Pemakaian kWh April-Mei yang belum dicatat dan dibayar ditumpukkan ke bulan Juni. Ini alasan kenapa tagihan listrik pada Juni membengkak,” terangnya.
Tetapi jika ada pelanggan yang masih karena membengkaknya tagihan listrik, PLN membuka pusat pengaduan di nomor 123. Melalui nomor hotline itu, petugas PLN siaga 24 jam untuk memberikan penjelaskan apapun seputar keluhan pelanggan, utamanya soal tagihan listrik.
“Atau yang paling gampang adalah pelanggan bisa lihat bacaan meter di rumah, PLN transparan. Lalu pelanggan bisa cek pemakaian lihat di web PLN atau 123 berapa stand meter kami,” tutur Yuddy.
Selain itu, lanjut Yuddy, pelanggan juga bisa mengecek pemakaian dan tagihan listriknya setiap saat secara online melalui PLN Mobile. Caranya dengan mendownload aplikasi tersebut, kemudian memasukkan ID pelanggan.
“Di situ bisa lihat berapa pemakaiannya, pelanggan tinggal mencocokkan dengan meteran di rumah,” ujarnya.
Menurut Yuddy, pihaknya saat ini masih menyempurnakan layanan aplikasi PLN Mobile. Nantinya, fitur yang disediakan akan beragam untuk mendapatkan informasi terbaru tagihan listrik setiap bulannya. (bid)