Laskar rempah Kabupaten Mojokerto
Laskar rempah Kabupaten Mojokerto

Oleh : Muhammad Riyanto, S.Pd., Gr

Bongkah.id – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Program unggulan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan tahun 2024 adalah “Muhibah Budaya Jalur Rempah” ini bertujuan mengangkat khazanah budaya bertema “Jalur Rempah dan Konektivitas Kebudayaan Melayu”.

ads

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka terus memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia serta Pengembangan Diplomasi Budaya melalui Pengusulan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Muhibah Budaya Jalur Rempah merupakan sebuah program pelayaran melewati titik-titik sejarah perdagangan dan budaya yang menjadi simbol keterhubungan daerah dan konektivitas histori melalui Jalur Rempah.

Pada tahun ini Muhibah Budaya Jalur Rempah menelusuri 7 titik rute pelayaran antara lain Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Sabang, Malaka, Tanjung Uban, Lampung, Jakarta. Pelayaran tersebut menggunakan KRI Dewaruci yakni kapal sang legenda yang telah mengelilingi dunia. Kegiatan ini berlangsung sejak 6 Juni hingga 6 Juli 2024.

Kegiatan ini dibagi menjadi beberapa batch yaitu batch pertama (Lada Putih), batch kedua (Kayu Manis), dan batch ketiga (Lada Hitam), serta diikuti oleh beberapa peneliti, ASN Kemendikbud, Influencer, Media dan Laskar Rempah terpilih se-Indonesia.

Laskar rempah tahun 2024.
Laskar rempah tahun 2024.

Kegiatan MBJR telah dilaksanakan Kemendikbudristek sejak tahun 2020 sebagai bagian dari Program Prioritas Nasional, dan Jalur Rempah mulai tahun 2017.

Pada tahun 2022, kegiatan ini berlayar melintasi titik Jalur Rempah di Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Naira, Kupang, dan kembali ke Surabaya. Sedangkan pada tahun 2023, pelayaran menyusuri titik Jalur Rempah di Surabaya dan Kepulauan Selayar.

Proses seleksi kegiatan MBJR dilakukan melalui proses yaitu : portofolio, artikel ilmiah dan video tentang jalur rempah. Kemudian diambil perwakilan pemuda dari perwakilan masing-masing provinsi yang ada di Indonesia.

Sebelum keberangkatan berlayar bersama KRI Dewaruci, kita diberikan pembekalan materi terkait pengenalan kapal, objek kajian yang nantinya kita kunjungi serta komponen yang berhubungan dengan jalur rempah. Kita diajak untuk menjelajahi kearifan lokal di setiap titik singgah yaitu Belitung Timur, Dumai dan Siak untuk mempelajari seni budaya, kuliner, ramuan, wastra kriya, sampai historia.

Objek Kajian di Belitung Timur

Kajian pertama di kawasan Belitung Timur adalah di makam Keramat Padang Ladik, mempunyai filosofi jawa kuno (dwi rahim) tentang hidup dan mati seorang manusia. Nisan ini bertipe dan bercorak sama dengan nisan jawa kuno dan terbuat dari batu andesit yang juga merupakan bahan utama pembuatan candi di jawa.

Bergaya Demakan yakni kompleks Adipati Pusponegoro dan Sunan Gersik yang berada di kompleks pemakaman bangsawan dan raja Demak (kompleks masjid Demak). Di area yang sama juga terdapat situs religi Keramat Makam Batu yang merupakan kompleks makam.

Identifikasi awal merupakan makam dari orang-orang arab yang singgah di kawasan Belitung Timur. Satu area makam (satu kotak persegi panjang) terdapat sekitar 10 makam di dalamnya. Keramat Makam Batu ini lebih tua dari makam Keramat Padang Ladik. Pada nisan tidak terdapat nama khusus, tetapi ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Nisan berbentuk lancip menandakan laki laki dan tumpul menandakan perempuan. Kedua makam ini terdapat di tengah perusahaan Sawit dan di lindungi PT Steelindo Wahana Perkasa sebagai (High Conservation Value) oleh perusahaan.

Terdapat juga nisan kayu merupakan salah satu benda dalam pameran koleksi di Joglo Desa Buding, bekerjasama dengan Museum Istiqomah. Identifikasi bahan dasar pembuatan nisan tersebut berasal dari kayu belanger. Jenis bentuk nisannya hampir sama dengan nisan yang ada di Kompleks Makam Troloyo (Kubur Pitu & Petilasan Wali Songo) bagian belakangnya terdapat lambang Surya Majapahit yang meskipun sudah aus.

Kajian kedua, kita mengamati wilayah pesisir laut yang merupakan wilayah strategis bangsa asing (Mongol, Inggris dan Belanda) untuk datang ke Belitung Timur.

Perlu kita ketahui bahwa sebelum bangsa asing itu datang ke Pulau Jawa, mereka akan singgah dulu di kawasan ini, gunanya yaitu untuk untuk mempersiapkan bekal dan strategi perang ketika menyerang Jawa, bahkan beberapa tentara mongol yang sakit pasca menyerang Jawa juga singgah dan menetap di pulau ini.

Salah satu peninggalan di wilayah pesisir adalah Vihara Dewi Kwan Im berada di atas bukit kawasan Burong Mandi. Berdiri pada tahun 1777 M. Bersamaan dengan kedatangan bangsa Mongol dipimpin oleh Kubilai Khan saat menyerang kerajaan di Jawa Timur (Dinasti Yuan-Cina). Berkembang pesat setelah adanya pembukaan tambang timah oleh Belanda (1851).

Di dalam vihara ini terdapat patung Dewi Kwan Im, patung Tua Pek Kong, patung Cai Shen Ye dll. Mayoritas kedua, masyarakat Belitung Timur menganut agama Buddha. Pada umumnya masyarakat Belitung Timur keturunan Cina mendominisi daerah perkotaan, hal ini ditandai dengan adanya kampung pecinan serta ciri khas bangunan khas Cina yaitu memiliki kemiringan yang cukup tinggi dengan berbentuk tunggal atau tumpuk, terutama pada atapnya.

Objek Kajian di Siak

Sungai Balok merupakan salah satu pelabuhan sungai (kuno) masa kerajaan Balok. Wilayah pedalaman dipilih untuk membangun kerajaan, lebih tepatnya di hutan balok yang sekarang dijadikan sebagai hutan adat oleh masyarakat setempat.

Kerajaan Balok dibagi menjadi 2 yaitu balok lama dan balok baru. Aktifitas masyarakat setempat juga menggunakan sungai balok untuk transportasi sungai sampai saat ini. Pada kompleks makam balok juga pernah dilakukan ekskavasi pada tahun 2018.

Terdapat batu bata yg sama dengan peninggalan situs di Muara Jambi. di Kompleks tersebut juga terdapat Makam Ki Gede Yakub selaku raja pertama dan Makam Syekh Abdul Jabar Samsudin. Kompleks makam Balok juga di lindungi bersamaan dengan program konservasi yang dilakukan oleh PT. Sahabat Mewah dan Makmur (ANJ Group).

Kawasan Siak tidak dapat dipisahkan dengan sungai Jantan atau Siak yang merupakan salah satu sungai kuno yang masih berfungsi sampai saat ini. Berada di depan Museum Budaya dan Sejarah Balairung Sri yang dahulu lebih dikenal sebagai Balai Kerapatan Tinggi.

Dibangun pada tahun 1886 yang merupakan tempat persidangan Sultan Siak. Terdapat 2 tangga yang dahulu difungsikan terdakwa untuk turun dari lantai 2. Jika tidak bersalah turun di tangga besi (kanan), kalau bersalah turun di tangga kayu (kiri). Alur cerita (story line) berdasarkan sejarah dan alur pengunjung sudah tertata dengan baik.

Perlu diketahui bahwa jalur sungai Siak kalau ke arah kiri (timur) menuju ke Selat Malaka sedangkan ke arah kanan (barat) menuju ke Bangkalis & Pekanbaru. Fungsi saat ini adalah untuk rekreasi bahari dan biasanya dilewati kapal Tongkang yang membawa kayu. Tingkat kedalaman sungai Siak saat ini, lebih baik dari pada sungai Brantas & Bengawan Solo yang ada di pulau Jawa.

Selain pelabuhan kuno terdapat juga Makam Koto Tinggi merupakan kompleks makam raja-raja Siak (Sultan Siak VII-XI) beserta keluarga kerajaan Siak. Beberapa makam yang ada di kompleks makam adalah Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifudin, Sultan Assyaidis Syarif Ibrohim Abdul Jalil Khaliludin, Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syaifudin, Sultan Assyaidis Syarif Qasyim (1) Abdul Jalil Syaifudin.

Beberapa nisan yang lama (asli) sudah rapuh dan sudah digantikan dengan nisan yang baru, yang terbuat dari kayu. Punjernya berada di makam Almarhum Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifudin (Sultan Siak XI) 1889 M – 1908 M. Bentuk ukiran nisan kayunya berupa ukiran melayu, pucuk rebung dan bunga. Dalam bentuk nisan tidak dijelaskan perbedaan bentuk antara makam laki-laki dan perempuan.

Kesejarahan di Belitung Timur dan Siak merupakan bagian penting dari sejarah dan jalur rempah di Sumatera. Pelabuhan kuno (sungai balok dan siak) dengan kompleks makam (balok dan koto tinggi) mempunyai konektivitas dengan pola pelabuhan kuno dan kompleks makam yang ada di pulau Jawa, baik berupa fungsi sungai, posisi strategis, bentuk dan bahan nisan dll. Maka dari itu perlu adanya pemaparan dan diskusi lebih lanjut agar kesejarahan ini dapat dipahami oleh kalangan muda dan masyarakat dengan baik. (*) 

11

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini