Bongkah.id – Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, menuding China akan membangun pangkalan militer di wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Pernyataan yang menyudutkan pemerintah RI itu tentu saja langsung ditepis Kementerian Luar Negeri RI.
Disebutkan dalam laporan Pentagon, bahwa China sedang mengkaji rencana membangun fasilitas jaringan logistik di kawasan Asia dan Afrika, termasuk Indonesia. Rencana itu tertuang dalam laporan 200 halaman yang disampaikan pada Selasa (1/9/2020).
itu disebutkan beberapa negara yang akan dijadikan pangkalan logistik oleh China. Negara-negara itu yakni Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Sri Lanka, Pakistan, Uni Emirat Arab, Kenya, Syecelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi buru-buru menepis laporan Pentagon. Ia menegaskan, Indonesia tidak akan menjadi pangkalan militer negara mana pun, termasuk China.
“Wilayah Indonesia tidak dapat dan tidak akan dijadikan basis atau pangkalan maupun fasilitas militer bagi negara mana pun,” kata Retno melalui telekonferensi, Jumat (4/9/2020).
Laporan Pentagon juga menyebutkan, pangkalan yang ada di Djibouti, Afrika Timur, untuk kepentingan China di Pangkalan Angkatan Laut Ream, Kamboja. Selain itu, kemungkinan jangkauan ke Namibia, Vanuatu, dan Kepulauan Solomon.
Pentagon menyebut, Beijing menggunakan proyek One Belt One Road (OBOR) untuk mendukung strategi peremajaan nasionalnya dengan berupaya memperluas transportasi global dan hubungan perdagangan untuk mendukung perkembangannya dan memperdalam integrasi ekonominya dengan negara-negara di sepanjang pinggiran dan sekitarnya.
Proyek OBOR yang terkait dengan jaringan pipa dan konstruksi pelabuhan di Pakistan bermaksud untuk mengurangi ketergantungan China pada pengangkutan sumber daya energi melalui titik-titik strategis, seperti Selat Malaka. Rencana itu dinilai Pentagon bisa mengganggu operasi militer AS dan berpotensi melancarkan serangan China ke Amerika Serikat.
“RRT kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan tambahan fasilitas logistik militer luar negeri untuk mendukung angkatan laut, udara, dan darat,” tulis laporan tahunan Pentagon yang dirilis di situs resmi Departemen Pertahanan AS, Selasa (1/9/2020).
Disebutkan dalam laporan itu pula, jumlah persediaan hulu ledak nuklir China saat ini, diperkirakan berada di bawah 200. Selama dekade berikutnya, persediaan hulu ledak nuklir China, diproyeksikan setidaknya 2 kali lipat, saat China memperluas dan memodernisasi kekuatan nuklirnya.
“Kekuatan nuklir China akan berkembang secara signifikan selama dekade berikutnya karena memodernisasi, mendiversifikasi, dan meningkatkan jumlah platform pengiriman nuklir berbasis darat, laut, dan udara,” lanjut laporan tersebut.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying menanggapi sinis laporan Pentagon. Ia mengatakan pada jumpa pers bahwa klaim Pentagon dipenuhi dengan bias.
Menurut Chunying, klaim tersebut dilontarkan ketika ketegangan meningkat antara Beijing dan Washington karena beberapa masalah, termasuk aktivitas militer China di Laut China Selatan yang disengketakan, dan di Taiwan yang berpemerintahan sendiri. (bid)