
Bongkah.id — Di tengah ramainya pasar, pemandangan berbeda. Sejumlah warga terlihat rela mengantre panjang demi mendapatkan bahan pokok dengan harga miring melalui program operasi pasar murah.
Davi Subandono, petugas Disperindag Kota Mojokerto, menjelaskan operasi pasar ini menyediakan sejumlah kebutuhan pokok penting. “Ada beras, gula, minyak, telur, cabai sama bawang merah dan bawang putih,” tuturnya, Kamis (23/7/2025).
Dari semua komoditas, beras dan minyak menjadi barang paling diburu. “Paling banyak dimintai warga itu beras dan minyak,” katanya.
Bagaimana tidak, harganya memang jauh lebih murah dibandingkan harga di pasar. Untuk beras, per kemasan 5 kilogram dijual hanya Rp56 ribu, atau sekitar Rp11.200 per kilogram, jauh lebih hemat dibandingkan harga pasaran yang masih di angka Rp14 ribu per kilogram. Sementara minyak goreng dilepas Rp15.500 per liter. “Sangat jauh dari harga pasar,” tegas Davi.
Operasi pasar murah yang digelar sejak hari Selasa (21/7) hingga Selasa (28/7) di pasar tradisional Prajurit Kulon dan Tanjung Anyar itu diberlakukan pematasan pembelian, agar stok merata dan tak habis diborong, “Total stok beras 2 ton, per orang maksimal 2 kemasan atau 10 kilogram,” jelasnya.
Program ini akan berlangsung selama sepekan, berakhir Selasa pekan depan. “Tujuannya untuk menstabilkan harga di pasaran,” tambahnya.
Selain beras dan minyak, gula dijual Rp17 ribu per kilogram, sedangkan telur Rp25 ribu per kilogram.
Bagi warga seperti Sripati Ningsih, pedagang di Pasar Prajurit Kulon, harga yang lebih murah ini sangat membantu kebutuhan rumah tangga.
“Beli 2 kantong ini harganya lumayan murah, Rp56 ribu per kemasan 5 kilogram,” kata Sripati sambil menunjukkan dua karung beras yang baru saja dibelinya.
Ia mengaku, beras tersebut akan digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari keluarganya. “Untuk makan sehari-hari,” ujarnya dengan senyum lega.
Di tengah harga pangan yang masih naik-turun, operasi pasar semacam ini menjadi oase bagi warga. Di bawah terik matahari, antrean panjang tetap dijalani warga dengan sabar. Mereka pulang dengan kantong belanja penuh bahan pokok, sekaligus rasa lega bahwa dapur mereka aman setidaknya untuk beberapa waktu ke depan. (ima/sip)