
bongkah.id – Akhir pekan saatnya membiarkan waktu mengalir tanpa tergesa, berjalan pelan.
Itulah yang terasa di Parkir Timur GOR Sidoarjo, Minggu, 21 Desember 2025, sore. Di tempat ini, Festival Kota Lama Sidoarjo 2025 hadir seperti ruang singgah yang ringan, hangat, dan akrab bagi siapa saja yang datang.
Begitu melangkah masuk, aroma petis langsung menyapa. Wangi gurih yang menguar dari deretan stan Pasar Tempoe Doeloe seakan menarik ingatan kembali ke dapur rumah, ke masa ketika jajanan sederhana selalu terasa istimewa.
Dari rujak, lontong, hingga aneka olahan kreatif, petis menjadi bintang utama yang menyatukan rasa dan cerita rakyat.
Festival yang digelar Pemkab Sidoarjo melalui Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata ini mengusung tema “Harmoni Masa Lalu dan Masa Kini”.
Temanya terasa pas. Nuansa tempo dulu hadir lewat dekorasi, busana, dan sajian tradisional. Di sisi lain, tawa anak-anak, swafoto pengunjung, dan panggung hiburan memberi sentuhan kekinian.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sidoarjo, Fenny Apridawati, membuka acara dengan pesan sederhana namun bermakna. “Festival ini bukan sekadar hiburan, melainkan cara mengenalkan kembali kekayaan lokal Sidoarjo,” katanya.
Bahwa kota ini tak hanya dikenal sebagai kota udang dan bandeng, tetapi juga sebagai rumah bagi petis, bahan dapur yang telah lama menjadi ciri khas Sidoarjo
Yang membuat suasana kian cair, ribuan porsi makanan olahan petis dibagikan gratis. Orang-orang duduk berkelompok, berbincang sambil menikmati sajian, seolah sedang piknik bersama keluarga besar. Di sudut lain, pentas seni dan musik mengalun, menemani sore yang perlahan menuju malam.
Akhir pekan itu terasa lengkap. Ada blusukan rasa lewat olahan petis, ada hiburan, ada kebanggaan lokal. Bahkan, upaya memecahkan Rekor MURI untuk masakan berbahan dasar petis terbanyak menambah cerita seru yang layak dikenang.
Menjelang pulang, lampu-lampu mulai menyala, dan Kota Lama Sidoarjo terasa semakin hangat. Festival ini mungkin hanya digelar sehari, tetapi kesannya tinggal lebih dalam bagi masyarakat Sidoarjo.
Tentang bagaimana akhir pekan bisa diisi dengan hal sederhana, dengan srawung, mencicipi rasa khas daerah, dan kembali jatuh cinta pada Sidoarjo secara perlahan mengalir tanpa perlu tergesa diburu perubahan zaman. (anto/wid)

























