Bongkah.id – Suasana tenang di Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) milik Dinsos Jember mendadak ricuh pada Jumat malam (20/6/2025). Seorang mahasiswi asal Kediri, berinisial CD (23), tiba-tiba meluapkan amarah hingga merusak fasilitas, termasuk dua tanaman bonsai dan isi musala. Di balik tindakannya, tersimpan potret kegelisahan mental yang tak bisa diabaikan.
Kejadian ini bermula saat CD, mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi negeri di Kediri, mengunjungi temannya di Jember untuk menghadiri konser musik. Namun bukannya menikmati hiburan, ia justru mengalami ledakan emosional sejak masih berada di rumah kos temannya di kawasan Jalan Karimata, Kecamatan Sumbersari.
Petugas dari Liposos Dinsos Jember mengevakuasi CD setelah menerima laporan dari warga sekitar. Menurut Kepala UPT Liposos, Roni Effendi, CD sempat berteriak-teriak dan menyebut hal-hal tak kasat mata. “Teman kuliahnya di UNEJ melapor, katanya CD mengalami depresi, suka bicara halusinatif dan melihat makhluk gaib,” ungkap Roni saat ditemui di Liposos Jember.
Dengan pendekatan persuasif, CD akhirnya bersedia diajak ke Liposos Jember tanpa kendaraan ambulans, melainkan menggunakan sepeda motor bersama petugas dan temannya. Roni menyebut, pihaknya mencoba menenangkan CD dengan kegiatan ringan, seperti membuat buket bunga, namun usai salat Magrib, CD kembali tak terkendali.
Kondisinya memburuk setelah ia gagal keluar dari area Liposos Jember. CD ingin pergi ke konser, tetapi pihak petugas mendapat arahan dari keluarganya di Kediri untuk menahan sementara. Gerbang Liposos ditutup agar ia tidak pergi sebelum dijemput orang tua yang sedang dalam perjalanan ke Jember.
Kemarahan CD pun memuncak. Ia masuk ke musala Liposos Jember dan mengobrak-abrik isi ruangan. Setelah itu, ia keluar dan merusak dua bonsai yang berada di halaman. Benda-benda kecil seperti kacamata, gelas kopi, dan cangkir turut menjadi sasaran amukannya hingga pecah berserakan.
Melihat situasi di Liposos Jember makin tak terkendali, petugas mengambil langkah cepat dengan merujuk CD ke RS dr. Soebandi. “Kami ingin dia mendapat penanganan medis awal untuk menenangkan kondisinya, sambil menunggu kedatangan orang tuanya,” ujar Roni.
SR (21), teman CD yang kini tinggal di Jember, membenarkan bahwa CD pernah menempuh studi di Universitas Jember pada 2021. Namun ia hanya bertahan satu semester, sebelum memutuskan pindah kuliah ke Kediri. “Dia cuma mau nonton konser. Tapi karena gerbang ditutup dan dia tak bisa keluar, dia marah,” tutur SR.
SR juga menyebut, CD pernah mengalami depresi berat pada 2021–2023. Masa kuliah, tekanan tugas, dan trauma masa lalu menjadi beban yang perlahan menggerogoti mentalnya. “Mungkin ini ada kaitan dengan luka batin masa lalu. Sejak itu, dia sering merasa dikejar halusinasi,” ungkapnya di sela perbincangan di Jember.
Kisah CD menjadi potret nyata bahwa krisis kesehatan mental di kalangan mahasiswa bukan sekadar isu. Jember, kota pendidikan, menjadi saksi bahwa di balik senyum dan gelar akademik, ada yang sedang berjuang keras menghadapi dirinya sendiri. (ata/sip)