Jalan desa di Kabupaten Lamongan yang terendam air luapan Sungai Bengawan Njero.

Bongkah.id – Selama dua bulan terakhir, ribuan warga dari 49 Desa di 6 kecamatan, Kabupaten Lamongan harus hidup di tengah genangan air. Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Njero itu dianggap yang terparah dalam beberapa tahun ini.

Sungai Bengawan Njero yang meluap hingga ke pemukiman semakin parah akibat hujan deras yang mengguyur sejak Minggu (14/3/2021) malam hingga Senin (15/3/2021). Air yang mencapai ketinggian 25-85 cm merendam sedikitnya 5.947 rumah warga di enam kecamatan.

ads

Keenam kecamatan di Kabupaten Lamongan yang diterjang banjir yakni Karangbinangun, Glagah, Deket, Kalitengah, Turi, dan Karanggeneng. Ribuan warga di 49 desa hanya bisa pasrah menjalani hari-hari dalam kondisi lingkungan terendam air setiap tahun.

“Ya mau gimana lagi, banjir selalu datang kembali setelah sebelumnya sempat surut,” kata Mahmud pasrah, salah satu warga Kecamatan Kalitengah kepada wartawan, Senin (15/3/2021).

Mahmud mengakui banjir kali ini merupakan banjir terparah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, kondisi tersebut disebabkan curah hujan yang tinggai dalam beberapa hari terakhir ditambah air kiriman dari wilayah selatan yang berasal dari luapan Kali Lamong.

“Kali ini terparah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ucapnya.

Kepala Seksi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, Muslimin, menjelaskan, banjir kali ini merupakan gelombang kedua akibat luapan Bengawan Njero yang disebabkan intensitas hujan yang cukup tinggi.

“Setelah sempat surut di awal Februari lalu, sejumlah kecamatan di Kabupaten Lamongan kembali dilanda banjir. Meski tidak sebesar gelombang pertama, banjir susulan kali ini merendam tak kurang dari 5.947 rumah di enam kecamatan,” katanya, , Senin (15/03/2021).

Ia mengatakan, tren kenaikan air terjadi pada awal Maret 2021 dengan jumlah kepala keluarga yang terdampak sebanyak 5.957 KK, atau 27.419 jiwa. Adapun kerugian ekonomi berdasar luasan lahan tambak yang tersapu banjir seluas 7.623 hektare (ha) diperkirakan mencapai Rp 25,5 miliar.

“Kami belum bisa menyalurkan bantuan ke wilayah yang terdampak banjir, lantaran kondisi cuaca yang belum memungkinkan. Untuk sementara menunggu waktu yang tepat, karena cuaca yang ekstrim kali ini dimungkinkan ada naik air jadi kita menunggu waktu aja,” jelasnya.

Kepala Bagian Prokopim Pemkab Lamongan, Arif Bachtiar, mengatakan pemkab telah mengaktifkan semua pompa dengan kapasitas 500-1000 kubik/detik yang ditempatkan di dua titik. Ia menjelaskan pompa-pompa air itu sudah lama diaktifkan dan ke depan dilakukan peningkatan dan optimalisasi daya tampung embung, rawa dan saluran.

“Kami juga akan melakukan komunikasi lintas kabupaten, seperti dengan Bojonegoro, Tuban dan Gresik,” cetusnya. (bid)

1

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini