set plan tugu Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
set plan tugu Jombang./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id — Kala malam turun di sudut alun-alun, obrolan tentang masa depan kota kembali bergema. Di antara warung kopi pinggir jalan, muncul tanya yang sama, untuk siapa Tugu Jombang setinggi belasan meter itu berdiri, jika anak-anak di pelosok masih bertubuh kurus, jauh dari gemoy seperti jargon yang sering diucapkan pemimpinnya.

Rencana pembangunan Tugu Jombang senilai Rp1,3 miliar itu memang memantik polemik. Bagi sebagian warga, tugu bukan sekadar ornamen kebanggaan. Ia kini berubah wujud jadi simbol kemewahan di tengah barisan angka gizi buruk yang terus mengintai. Data terbaru menunjukkan, di Kabupaten Jombang masih ada 3.633 balita yang terdata stunting, 1.788 kasus lama dan 1.845 kasus baru.

ads

“Apa urgensi menghamburkan miliaran rupiah untuk tugu, kalau manfaatnya hanya rasa bangga fisik. Lebih baik dana itu dipakai beli telur dan daging, supaya balita-balita kita sehat, gemuk, dan gagah seperti Bupatinya,” ujar Direktur Lingkar Indonesia untuk Keadilan (LInK) Jombang, Aan Anshori, Jumat (11/7/2025).

Keresahan publik tak berhenti di situ. Kabar batalnya kucuran dana Rp800 juta untuk penataan kawasan kumuh menambah panjang daftar pertanyaan. Warga menilai penanganan kawasan kumuh seharusnya jadi prioritas, bukan malah dialihkan untuk revitalisasi lapangan atau pembangunan pagar.

Menurut catatan E-RTLH Departemen Pekerjaan Umum per Juli 2025, Jombang masih memiliki 5.690 rumah tidak layak huni. Angka ini mencerminkan wajah lain kota santri yang diam-diam masih bergulat dengan atap bocor, lantai tanah, dan dinding rapuh.

“Aku mendesak WarSa jangan cuma omon-omon soal janji penyejahteraan rakyat. APBD Jombang itu lebih dari Rp3 triliun, lebih dari cukup untuk memperbaiki rumah warga kalau pemimpinnya peka,” sambungnya.

Ia menegaskan, penataan kawasan kumuh bukan sekadar mengecat lapangan atau membangun pagar. Lebih dari itu, ini soal memuliakan warga lewat rumah yang layak, sehat, dan aman.

Di tengah sorotan publik yang kian nyaring, harapan pun bergantung pada bagaimana pemerintah daerah mengatur ulang skala prioritas. Sebab bagi banyak orang Jombang, tugu tak lebih penting dari anak-anak yang bisa tumbuh sehat, atau keluarga yang bisa tidur tenang di rumah yang layak. (Ima/sip)

53

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini