Wamen Pertanian RI Sudaryono Saat Berkegiatan di Jember, Jumat (11/7/2025). Bongkah.id/Muhammad Hatta/
Wamen Pertanian RI Sudaryono Saat Berkegiatan di Jember, Jumat (11/7/2025). Bongkah.id/Muhammad Hatta/

Bongkah.id – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono, menegaskan komitmen pemerintah untuk tidak lagi melakukan impor sejumlah komoditas pangan, termasuk gula konsumsi. Hal ini ia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, selama dua hari, 10-11 Juli 2025.

“Tidak boleh impor gas, tidak boleh impor jagung, tidak boleh impor gula konsumsi, dan tidak boleh impor garam konsumsi,” ujar Sudaryono saat di hadapan para petani tebu dan kopi di Aula Arum Sabil City Forest, Kamis (10/7/2025) malam.

ads

Dalam kunjungannya ke Jember, Wamen RI yang juga kader Gerindra itu juga berkesempatan hadir dalam acara panen raya, sarasehan petani, serta dialog bersama penyuluh lapang dan kelompok tani.

Menurutnya, saat ini adalah momentum tepat bagi petani untuk menyuarakan aspirasi. Ia menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah lama memperjuangkan kepentingan petani, bahkan sebelum menjadi kepala negara.

“Aspirasi itu paling cepat kalau yang membawa jadi pemimpin. Tidak perlu lagi teriak-teriak, karena yang memimpinlah yang tahu aspirasi,” tegasnya.

“Prabowo menjabat sebagai ketua HKTI 10 tahun, selalu ingatkan untuk tidak boleh import beras, gula, dan sering bengok-bengok (teriak ungkapkan aspirasi). Karena itulah namanya keputusan politik. Karena aspirasi yang dibawa tidak pernah didengar. Sehingga lewat aspirasi, (kini) dijadikan pemimpin,” imbuhnya.

Namun, di tengah semangat menuju swasembada pangan tersebut, petani dan tokoh pertanian di Jember mengingatkan agar pemerintah lebih cermat melihat kebutuhan gula nasional.

Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur, Arum Sabil, mengungkapkan bahwa luas areal produksi tebu nasional saat ini masih jauh dari target. “Targetnya 700 ribu hektare, tapi realisasinya baru 520 ribu hektare. Di Jawa Timur 240 ribu hektare,” ujar Arum.

Meski begitu, menurutnya produktivitas lahan cukup tinggi, bahkan mencapai 100 ton per hektare dengan rendemen 11 persen. “Produksi gula nasional 2,4 juta ton, kebutuhan di Jawa Timur hanya 281 ribu ton. Artinya ada surplus satu juta ton di Jatim,” jelasnya.

Arum juga mengingatkan bahwa impor gula kerap dilandasi alasan kebutuhan nasional. Padahal, menurut hitungan berdasarkan data WHO, kebutuhan gula per orang hanya 25 gram per hari atau sekitar 9 kg per tahun. “Dengan penduduk 280 juta jiwa, produksi dalam negeri sebenarnya sudah hampir mencukupi. Jangan sampai alasan kebutuhan digunakan untuk melegitimasi impor,” tegasnya.

Ia juga menyinggung sejarah kejayaan gula Indonesia. “Tahun 1930, dengan 200 ribu hektare tebu saja, kita sudah bisa produksi hampir 3 juta ton. Kita pernah jadi pengekspor terbesar kedua setelah Kuba,” katanya.

Sementara itu, Bupati Jember Muhammad Fawait berharap sektor pertanian tebu bisa menjadi solusi pengentasan kemiskinan di wilayahnya. Ia mendorong agar Koperasi Merah Putih dilibatkan dalam pengelolaan lahan tebu milik PTPN.

“Selama ini banyak orang miskin tinggal di pinggir kebun karena tidak punya akses lahan. Kami ingin koperasi rakyat diberi kemudahan menyewa lahan agar bisa dikelola untuk kesejahteraan petani, bukan hanya disewa oleh pemain besar,” ujar Fawait.

Ia juga menyoroti tingginya angka kemiskinan ekstrem di Jember, yang tertinggi di Jawa Timur. Karena itu, Fawait meminta dukungan lebih dari pemerintah pusat.

“Saya berharap Pak Wamen jangan pulang ke Jakarta sebelum memberikan program-program yang banyak untuk Jember,” pintanya.

Diketahui dalam kunjungannya ke Jember, Wamen Pertanian RI Sudaryono dalam berkegiatan bersama Anggota DPR RI Kawendra, dan juga tampak ikut dalam rombongan, Ketua DPRD Jember Ahmad Halim. (ata/sip)

13

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini