Para putri raja saat berkegiatan di kraton solo./bongkah.id/Karimatul Maslahah/
Para putri raja saat berkegiatan di kraton solo./bongkah.id/Karimatul Maslahah/

Bongkah.id – Solo bukan sekadar kota kecil di Jawa Tengah. Ia adalah nadi kebudayaan Jawa, tempat di mana tradisi tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dihidupkan dalam keseharian masyarakatnya.

Dalam satu hari, siapa pun yang datang ke kota ini akan merasakan denyut sejarah, semangat dagang rakyat, cita rasa khas, serta keramahan yang hangat.

ads

Berikut jadwal perjalanan sejak pagi, mengawali langkah di jantung sejarah kota: Keraton Surakarta Hadiningrat.

08.00 WIB – Menyapa Sejarah di Keraton Surakarta

Matahari baru naik cocok untuk memasuki pelataran keraton. Udara pagi masih segar, dan cahaya keemasan menyoroti ornamen-ornamen bangunan yang anggun. Di dalam, para abdi dalem berpakaian tradisional tampak sibuk menyapu halaman dan menyiapkan museum.

“Keraton ini didirikan pada tahun 1745 oleh Pakubuwono II,” ujar Pak Darto, pemandu wisata yang juga keturunan abdi dalem. Ia dengan fasih menjelaskan makna setiap bagian keraton, dari Pendopo Ageng yang megah, hingga bangsal-bangsal yang menjadi tempat menyimpan pusaka kerajaan.

Museum di dalam keraton menyimpan benda-benda bersejarah seperti keris, gamelan kuno, lukisan raja-raja, serta koleksi tekstil kerajaan. Pengunjung tidak hanya belajar sejarah, tetapi juga menyaksikan bukti hidup dari tradisi yang terus dijaga.

10.00 WIB – Surga Batik di Pasar Klewer

Tidak jauh dari keraton, melangkah ke Pasar Klewer menjadi tujuan kedua, pasar batik terbesar di Solo. Hiruk-pikuk suasana pasar langsung menyambut, dengan deretan kios yang menjual berbagai jenis batik dari yang tradisional hingga modern.

Pengunjung terlihat antusias memilih kain untuk oleh-oleh atau busana. Pasar ini juga menjadi tempat belajar mengenali motif batik khas Solo seperti Sidomukti, Truntum, dan Parang Rusak.

Di lorong-lorong pasar, banyak pengrajin batik yang sedang membatik secara langsung—sebuah proses yang butuh ketelatenan, kejelian, dan ketekunan luar biasa.

12.00 WIB – Lezatnya Kuliner Khas Solo

Saat tengah hari tiba, rasa lapar membawa langkah ke destinasi kuliner legendaris. Warung Nasi Liwet Bu Sarmi di daerah Keprabon. Hidangan nasi liwet disajikan hangat, lengkap dengan sayur labu siam, telur pindang, suwiran ayam, dan areh gurih kental.

“Nasi liwet ini resep turun-temurun keluarga saya. Tidak boleh asal, harus ada sentuhan rasa Solo,” kata Bu Sarmi sambil menyajikan pesanan.

Bagi yang ingin mencicipi kuliner ekstrem, Tengkleng Bu Edi di area belakang Pasar Klewer adalah pilihan populer. Disajikan dalam pincuk daun pisang, sajian tulang kambing berkuah ini sudah melegenda sejak puluhan tahun lalu.

14.00 WIB – Istirahat di Balekambang, Taman Warisan Kasih Sayang

Perut kenyang, saatnya bersantai di Taman Balekambang, ruang terbuka hijau yang dibangun oleh Mangkunegara VII pada tahun 1921. Taman ini memiliki danau buatan, jalur pejalan kaki yang rindang, serta hewan jinak seperti rusa dan angsa yang bebas berkeliaran.

Anak-anak bermain, pasangan muda duduk bersantai, dan wisatawan asing terlihat asyik membaca buku di bawah pohon. Suasana damai yang jarang ditemukan di kota besar.

16.00 WIB – Ngopi Sore di Wedangan Solo

Menjelang sore, bisa mampir ke salah satu wedangan di daerah Laweyan. Di tempat sederhana dengan meja kayu dan lampu temaram, menikmati teh jahe, sate usus, tahu bacem, dan tempe mendoan sambil mengobrol dengan warga lokal sangat menyenangkan.

Wedangan bukan hanya tempat makan, tapi ruang pertemuan sosial. Di sinilah masyarakat Solo bertukar cerita, berdiskusi ringan, bahkan menjalin kerja sama usaha.

18.30 WIB – Meriahkan Malam di Ngarsopuro Night Market

Malam tiba, dan langkah terakhir tertuju ke Ngarsopuro Night Market, yang hanya buka pada malam akhir pekan. Jalanan di depan Pura Mangkunegaran disulap menjadi pasar malam modern dengan stan makanan, kerajinan, dan hiburan musik jalanan.

Mencicipi serabi Solo, wedang ronde, dan sate kere sambil menikmati alunan musik akustik dari pemuda lokal. Banyak pelukis jalanan juga menawarkan jasa sketsa wajah. Disini semuanya terasa hidup. Tradisi dan modernitas berjalan beriringan.

20.00 WIB – Wayang Orang Sriwedari: Panggung Tradisi yang Hidup

Malam belum usai. Kali ini, mengunjungi Gedung Wayang Orang Sriwedari mengakhiri tujuan wisata, tempat pertunjukan wayang orang klasik yang telah berdiri sejak 1910.

Dengan tata panggung tradisional, musik gamelan, kostum megah, dan dialog berbahasa Jawa krama, penonton diajak menyelami dunia pewayangan yang sarat nilai moral. Meski klasik, pementasan ini tetap digemari generasi muda maupun wisatawan asing.

Wayang Orang Sriwedari merupakan satu dari sedikit panggung yang tetap konsisten menampilkan pertunjukan setiap malam, sebagai bentuk pelestarian seni pertunjukan klasik Jawa.

Penutup: Solo dalam Sehari, Kenangan Seumur Hidup

Waktu seakan berlalu cepat di kota yang penuh cerita ini. Dalam sehari, Solo menawarkan pelajaran sejarah, kelezatan kuliner, belanja batik, dan interaksi hangat dengan penduduk lokal. Kota ini membuktikan bahwa keindahan budaya tidak harus dibungkus dengan kemewahan—cukup dengan kejujuran, ketulusan, dan rasa bangga terhadap warisan leluhur.

Solo bukan hanya tempat singgah, tapi ruang rasa yang akan tinggal lama dalam ingatan siapa pun yang datang. (ima/sip)

21

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini