bongkah.id – Ridwan Kamil kembali membuat kejutan. Gubernur Jawa Barat ini membuktikan lebih pro rakyat dibanding Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Pun Gubernurr Jawa timur Khofifah Indar Parawansa.
Sikap pro rakyat itu ditunjukkan mantan Wali Kota Bandung ini, dengan menemui massa buruh dan mahasiswa yang menolak pengesahaan UU Omnibus law Cipta Kerja di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (8/10/2020) siang.
Didampingi Kapolda Jabar Irjen Rudi Sufahriadi dan Pangdam III Siliwangi Mayjen Nugroho Budi, pria yang karib disapa Kang Emil ini terlebih dulu beraudiensi dengan perwakilan buruh di Gedung Sate. Sekitar pukul 14.10 WIB, ia keluar dari kantor Pemerintahan Provinsi Jabar. mendatangi massa demo.
Kehadirannya di tengah massa pun disambut riuh ribuan buruh. Pun simpatisan penolak Omnibus Law. Pertemuan itu diawali dengan pemberian kesempatan pada Emil, untuk menyampaikan hasil audiensi buruh dengan Pemprov Jabar.
Dalam pertemuan dengan para buruh, mahasiswa, dan simpatisan penolak Omnibus Law itu, Emil
berjanji akan menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (9/10/2020) besok pagi. Surat itu isinya tentang rangkuman aspirasi dari para buruh, mahasiswa, dan simpatisan penolak pengesahan UU Omnibus Law.
“Demi Alloh, saya akan mengirim surat pada bapak Presiden untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Cipta Kerja (Ciptaker). Sebab dalam UU Omnibus Law terdapat pasal-pasal yang tidak adil sebagaimana penilaian buruh, mahasiswa, dan simpatisan buruh,” katanya.
Dampak dari banyaknya pasal-pasal yang tidak adil tersebut, diyakini, menjadi sumber masalah yang membuat massa buruh, mahasiswa, dan simpatisan buruh turun ke jalan sejak beberapa hari lalu di sejumlah daerah, termasuk di Kota Bandung. Puncaknya hari ini massa dengan jumlah besar mengepung kawasan Istana di Jakarta Pusat. Juga, di sejumlah daerah.
Isi dari surat yang akan dikirimkan pada Presiden Jokowi, diungkapkan Emil, diantaranya pasal terkait pesangon, masalah cuti, masalah izin TKA, masalah outsourcing, dan masalah lainnya.
Dikatakan, surat tersebut dikirimkan lantaran ada rekomendasi dari perwakilan buruh. Yakni serikat buruh yang “menugaskan” dirinya sebagai kepala daerah untuk bersurat pada Presiden dan DPR RI.
“Dalam surat tersebut, kami memohon kepada bapak presiden untuk minimal menerbitkan Perppu pengganti undang-undang Omnibus Lawa tersebut. Ini karena prosesnya masih ada 30 hari untuk direvisi presiden,” ujarnya.
Surat untuk Presiden Jokowi bernomor 560/4395/Disnakertrans tersebut, diakui, sudah ditandatanganinya. Demikian pula sudah dibacakan perwakilan buruh yang menggelar aksi di Bandung. Rencananya, besok surat akan dikirim ke pemerintah pusat.
Surat itu sudah beredar di akun twitter @Gilang_Mahesa yang diunggah hari ini pukul 14.31 WIB. Keabsahan surat tersebut sudah dibenarkan Kepala Sub Bagian Pelayanan Media Pemprov Jawa Barat Asep Yudi.
“Benar mas. Itu surat yang tadi siang dibacakan Pak RK di depan massa demonstrasi,” kata Asep via sms.
Dalam suratnya tersebut, Emil menyampaikan aspirasi serikat buruh yang menolak Omnibus Law Cipta Kerja. “Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menyampaikan Aspirasi dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang menyatakan dengan tegas Menolak Omnibus Law Cipta Kerja yang telah disahkan menjadi Undang-Undang serta meminta diterbitkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU),” demikian bunyi paragraf kedua surat bernomor 560/4395/Disnakertrans tersebut.
Selain itu, Emil juga meneken satu surat lain bernomor 560/4396/Disnakertrans. Surat yang juga berisi penolakan terhadap UU Ciptaker, yang akan dikirimkan kepada DPR RI.
Kendati Ridwan Kamil telah memastikan akan menyurati Presiden Jokowi dan DPR RI, tapi sekitar pukul 17.00 WIB datang segerombolan massa baru di sekitar Jalan Diponegoro. Tak jauh dari Gedung Sate. Mayoritas dari mereka adalah remaja dan langsung terlibat kericuhan dengan aparat kepolisian.
Massa yang ricuh tersebut melempari personil polisi dengan berbagai benda. Mulai dari botol air mineral hingga batu, kayu, dan bom molotov. Aparat lalu menembakkan gas air mata. Tembakan peringatan juga menyalak beberapa kali. (rim)