bongkah.id – Pertempuran di masa depan berbeda dengan pertempuran di masa lalu. Pun pada saat ini. Memiliki senjata canggih dan pasukan tangguh, belum memberikan sebuah jaminan kemenangan. Potensi kesempurnaan itu datang, setelah dilengkapi penguasaan teknologi informasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Keempat persyaratan yang selama ini hanya dimiliki negara-negara maju.
Karena itu, sebagian pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara HUT ke-75 TNI yang disiarkan secara virtual melalui channel Youtube Sekretariat Presiden, Senin (5/10/2020), berharap Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus mampu menguasai kedua teknologi tersebut. Menjadi bagian dari program transformasi teknologi. Untuk kian memantapkan TNI dalam menegaskan diri sebagai salah satu pasukan terbaik, tertangguh, dan tercerdas di dunia.
Sebagaimana diketahui, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem, yang bisa diatur dalam konteks ilmiah. Didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah. Rektor dari ESCP Business School Berlin, Andreas Marcus Kaplan dan cendekiawan Michael Haenlein mendefinisikan, kecerdasan buatan sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer), untuk melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan manusia.
“Kita harus terus lakukan transformasi teknologi dan personel yang mampu memahami dan memanfaatkan lompatan bidang teknologi informasi, teknologi nano dan teknologi kecerdasan buatan,” kata mantan Wali Kota Solo itu.
Transformasi teknologi tersebut, tambahnya, harus mendukung transformasi organisasi. Demikian pula personel yang mengendalikannya. TNI harus mampu beradaptasi di tengah era lompatan teknologi militer yang akan mempengaruhi taktik dan strategi perang masa depan. “Untuk menguasai lompatan teknologi militer terkini, kita harus bersungguh-sungguh untuk mengubah kebijakan kita, dari kebijakan belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan,” kata Presiden.
Kebijakan investasi pertahanan tersebut harus dirancang secara sistematis dan dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan dalam jangka panjang. “Hanya melalui investasi pertahanan jangka panjang yang terencana, TNI akan mampu menjadi kekuatan perang modern yang mengikuti perkembangan teknologi termaju,” kata Kepala Negara.
Jokowi menyebut teknologi tersebut, adalah karakteristik baru pertempuran masa depan. Menurut dia, pertempuran memakai teknologi mutakhir ini memiliki level penghancur lebih kuat dan cepat, dibandingkan pertempuran konvensional. Daya hancurnya high level distraction. Pun masa pertempurannya lebih singkat dalam menentukan pemenang.
Tak dipungkiri, banyak jenis perang terkini, terutama perang yang menggabungkan cara konvensional dan nonkonvensional. Karena itu, dia berharap, TNI harus terus mengembangkan SDM dalam mengikuti perkembangan teknologi militer.
“Pertempuran hibrida yang menggabungkan taktik konvensional, nonkonvensional, taktik lintas dimensi sosial, politik dan ekonomi,” katanya.
Presiden juga menekankan pentingnya karakter pejuang ada dalam jiwa prajurit TNI untuk dapat bertransformasi serta selalu siap menjawab panggilan tugas kapanpun dan di manapun. “Karakter pejuang yang selalu siap untuk bersinergi, untuk bekerjasama bahu membahu dengan berbagai elemen bangsa, sinergi antar korps, sinergi antar matra, sinergi antar instansi, serta sinergi antar TNI dan Polri,” tambahnya.
Pada kesempatan itu, Presiden juga menyampaikan, dalam menghadapi kondisi dunia yang berubah dan bergerak sangat dinamis, diperlukan transformasi dalam organisasi TNI. “Transformasi organisasi TNI harus terus dilakukan sesuai dengan dinamika lingkungan strategis, sesuai dengan dinamika ancaman, dan sesuai dengan perkembangan teknologi militer,” katanya.
Dipaparkan, dalam lima tahun terakhir TNI telah melakukan transformasi organisasi secara signifikan. Pun membentuk satuan-satuan organisasi yang baru untuk mendukung hal itu. Diantaranya Divisi 3 Kostrad, Komando Operasi Angkatan Udara III, Komando Armada III, Pasukan Marinir 3, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan, Skuadron Drone Angkatan Udara, dan Satuan Siber TNI.
“Pembentukan satuan-satuan organisasi baru ini merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk terus melakukan transformasi organisasi TNI, agar TNI semakin kokoh dalam menjalankan perannya,” ujarnya.
Karena itu, dia tegaskan, sinergi dan kerja sama yang dilakukan TNI dengan berbagai elemen bangsa adalah kunci membangun kekuatan pertahanan. Hal ini sesuai dengan tema HUT ke-75 TNI, yaitu “Sinergitas untuk Negeri”.
“Sinergi adalah kunci untuk membangun kekuatan pertahanan yang semakin kokoh dan efektif,” kata Presiden Jokowi dalam amanatnya pada HUT ke-75 TNI. (rim)