Bongkah.id – Kerajinan gentong klasik ala Mojopahit eksis hingga kini. Salah satunya, digeluti oleh Tiamun (75) warga Dusun Sanan timur, Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia sudah membuat gentong berbahan lempung itu sejak 1978 silam.
Di rumahnya, Tiamun setiap harinya sibuk berkuat mengolah lempung alias limbah tanah. Limbah tanah yang berasal dari gumuk alias rumah rayap itu banyak ditemukan di persawahan setempat. Ia mendapatkan secara gratis namun atas seizin pemilik sawah.
“Gumuk ini banyak kita temukan usai panen. Atau menjelang musim tanam biasanya,” ujar dia sembai mengaduk tanah di rumahnya. Senin (5/8/2024).
Meski usia sudah renta, semangat Tiamun mengolah tanah bak tenaga anak muda. Dengan cekatan dan teliti, tanah liat yang berwarna sedikit abu-abu itu disulap menjadi gentong setengah jadi. Seluruh prosesnya dilakukan secara tradisional.
Awalnya, Tiamun menyiapkan tanah yang didapat dari sawah dan menata pada sebuah perbot sebagai landasan membuat gentong. Lantas, secara perlahan perbot itu diputar sembari ditumpuk tanah liat lainnya. Selama memutar piringan, jemarinya tak henti membentuk tanah hingga menjulang ke atas dengan ukuran awal 50-60 cm.
“Awalnya 50 cm, kemudian ditambah tanah sampai 1 meter dan ukuran sesuai pesanan,” terangnya.
Proses pembuatan kerajinan tak berhenti disitu. Usai setengah jadi, gentong kemudian di ukir sesuai hiasan khas Kerajaan Majapahit. Karena dilakukan seorang diri, satu kerajinan membutuhkan waktu berhari hari untuk bisa rampung.
“Itu belum proses pembakaran. Kalau di bakar biasanya butuh waktu 3-4 jam dengan ukuran api besar,” tandasnya.
Tiamun mengaku, mendapatkan keahlian membuat gentong dengan belajar secara otodidak. Ia melihat potensi permintaan pasar yang cukup tinggi kala itu. “Saya belajar otodidak, dengan awalnya melihat gentong khas Majapahit,” pungkasnya. (ima/rif)