bongkah.id – Sebanyak 13 rumah sakit (RS) di Kota Surabaya, Jawa Timur, menutup sementara layanan instalasi gawat darurat (IGD). Yakni menerapkan sistem buka-tutup. Kebijakan itu terpaksa dilakukan, karena kapasitas masing-masing RS itu sudah dipenuhi pasien terpapar Covid-19.
Sedangkan 13 RS yang menutup layanan IGD-nya itu adalah RSI Jemursari, RSI Ahmad Yani, RS Royal, RS Wiyung Sejahtera, RS PHC, RS Adi Husada Undaan Wetan, RS Adi Husada Kapasari, RS Premier, National Hospital, RS Al – Irsyad, RS Gotong Royong, RS RKZ, dan RS William Booth.
“Kabar tiga belas RS yang menutup sementara layanan IGD-nya itu benar. Sifat kebijakan tersebut adalah menyesuaikan kapasitas yang dimiliki. Sebab kapasitas layanan IGD mereka saat ini dipenuhi pasien Covid-19. Saat ada satu tempat untuk pasien baru, maka IGD mereka akan menerima pasien baru,” kata Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Jatim, dr Dodo Anondo saat dihubungi ponselnya, Senin (5/7/2021).
Menurut dia, kebijakan yang diambil 13 RS tersebut sebenarnya sangat berat. Namun, kebijakan itu harus dilakukan untuk dapat melayani pasien yang ada secara maksimal. Karena itu, sistem yang mereka jalani adalah buka tutup secara dinamis. Bukan tutup seterusnya. Penerimaan pasien baru tetap akan dilakukan RS saat ada satu tempat di ruang IGD miliknya, yang saat ini sudah dipenuhi pasien Covid-19.
Dikatakan, saat ini IGD pada 13 RS itu mengalami full capacity. Akibat pasien Covid-19 yang terus berdatangan. Sehingga RS kehabisan kapasiatas dan tak bisa menampung kedatangan pasien baru.
“Sekarang pasien di IGD itu berlebihan yang datang. Semua ingin ditangani oleh RS. Pasien Covid-19 yang datang mayoritas tanpa rujukan puskesmas, karena penyakit ini cukup cepat penularanya. Demikian pula cepatnya masa infeksi,” ujarnya.
Ironisnya guyuran pasien Covid-19 yang deras berdatangan itu, tak diimbangi dengan jumlah tenaga kesehatan (nakes) RS. Sehingga saat ini RS mengalami kekurangan nakes. Jumlah dokter, perawat hingga petugas administrasi di RS terus berkurang. Kondisi itu akibat dari banyaknya nakes yang terpapar Covid-19.
“Kami juga memikirkan tenaga kesehatannya, karena saat ini banyak diantara nakes itu yang terpapar Covid-19. Kondisi itu membuat nakes tersebut harus masuk rumah sakit dan diopname. Diantara mereka masih ada yang belum sembuh. Demikian pula ada yang meninggal,” katanya.
Dengan kondisi yang sangat menghawatirkan dan berpotensi membuat RS kolaps itu, maka sejumlah RS di Surabaya kini melakukan evaluasi. Mencoba mencari cara untuk memperbaiki sitem pelayanannya. Yakni mengatur skema penerimaan pasien baru dengan sistem buka-tutup sementara IGD-nya. Menolak pasien saat kapasitas IGD penuh. Menerima pasien baru jika ada kapasitas yang kosong.
“Saat ini situasi RS dalam kondisi bertahan. Betul-betul bertahan supaya tidak kolaps. Untuk itu kami ngatur tenaga dan ngatur buka-tutupnya penerimaan pasien baru,” ujarnya.
PEMANTAUAN SATGAS
Kepada pasien yang tak tertampung di RS, Dodo berpesan, hendaknya mereka mau mengkomunikasikan keadaannya kepada puskesmas. Demikian pula pada petugas Satgas Covid-19 di lingkungan sekitar rumahnya. Hal itu untuk mempermuda pemantauan perkembangan pasien oleh petugas setempat.
“Masyarakat lapor ke puskesmas, nggak usah malu, nggak usah takut, biar dimonitor oleh puskesmas yang di sekitar rumah si pasien yang isoman, biar bisa terkontrol, kalau ada kesulitan,” tambahnya.
Rumah sakit di Kota Surabaya yang pertama menutup layanan IGD-nya, adalah RS Wiliiam Booth, Surabaya. Kebijakan itu dilakukan per Selasa (29/6). Dasar kebijakan lantaran sejumlah tenaga kesehatan di RS tersebut terkonfirmasi positif Covid-19. Kabar itu dikonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita. Ia membenarkan hal itu lantaran sejumlah perawat di RS itu .
Sebanyak 24 karyawan RS William Booth dilaporkan terpapar Covid-19. Diantaranya sebanyak 15 orang dirawat di RS William Booth, 2 di RS Lapangan, sisanya isoman. Sembilan dari 15 karyawan dirawat di IGD. Ini karena ruang isolasi telah penuh dengan 16 pasien Covid-19.
Kebijakan penutupan IGD itu disusul RS Katolik St. Vicentius A Paulo RKZ, Surabaya. Penutupan sementara layanan IGD-nya untuk pasien Covid-19. Itu dilakukan imbas dari menumpuknya pasien corona.
Kepala Bidang Hospital Development and Relation RKZ Surabaya, dr Agung K Saputra mengataka,n penutupan dilakukan sejak Jumat (2/7). IGD RKZ memutuskan tidak terima pasien Covid-19. Selain pasien Covid-19 masih tetap menerima.
Sikap sama juga dilakukan RSI Jemursari, Surabaya. Terpaksa me-lockdown sementara layanan IGD-nya, karena penuh dengan pasien Covid-19. Bahkan 50 nakes RS tersebut dilaporkan terkonfirmasi positif Covid-19. (bid-02)