*Laporan Jurnalis Bongkah.id dari Nusa Dua, Bali
Bongkah.id – Kelapa sawit masih menjadi unggulan sektor pertanian dan perkebunan di tanah air. Peluang industri komoditas ini terbuka lebar di tengah tekanan ekonomi global dan situasi geopolitik yang tidak stabil.
Analisa ini dipaparkan dalam agenda 18th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2023 Price Outlook di Bali International Convention Center, Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis (4/11/2022). Acara ini mengusung tema ‘New Landsacpe in World Vegetable Oil : Opportunities and Challenges for Palm Oil Industries.
Jurnalis Bongkah.id melaporkan langsung agenda 18th IPOC di ali International Convention Center, Westin Resort Nusa Dua. Acara pembukaan dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo secara virtual melalui video conference Zoom.
Chairperson IPOC Mona Surya, menjelaskan, agenda ini membahas situasi geopolitik dan ekonomi global terkini. IPOC juga secara khusus memberikan informasi perkembangan industri sawit Indonesia dan global terkini juga menganalisis tren harga minyak sawit ke depan.
Mona Surya mengungkapkan, tahun ini event internasional sawit dunia ini diikuti oleh 1.462 peserta dari 21 negara. Sampai dengan saat ini, kegiatan yang telah dilakukan adalah pameran industri kelapa sawit dan welcome cocktail.
“Banyaknya peserta yang hadir menunjukkan bahwa bahwa IPOC menjadi hal yang menarik bagi para pelaku usaha sawit global,” katanya dalam pembukaan 18th Indonesian Palm Oil Conference and 2023 Price Outlook di Bali International Convention Center (BICC), Kamis (3/11/2022).
Situasi geopolitik dunia yang dinamis merupakan dampak perang Rusia dan Ukraina. Imbas paling nyata adalah terganggunya pasokan minyak nabati dan minyak dunia mengingat kedua negara tersebut penghasil minyak bunga matahari terbesar dunia yang mensuplai lebih dari 60 persen pasokan di pasar global.
“Dengan terganggunya pasokan minyak bunga matahari di pasar global, menjadikan minyak sawit memiliki peluang yang besar untuk mengisinya,” ujarnya.
Sebagai catatan Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar memainkan peranan yang sangat signifikan sehingga pasar global mengamati dengan seksama pasar minyak sawit Indonesia. Berdasarkan data Oil World, pada tahun 2021, Indonesia mensuplai lebih dari 29,7 juta ton minyak sawit ke pasar global setara dengan 55% dari total permintaan minyak sawit global yaitu 53,5 juta ton.
Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Joko Supriyono mengatakan, meski masih akan menghadapi tantangan berat kedepan, industri sawit perlu tetap optimistis. Sebab, banyak peluang baru terbuka di masa yang akan datang.
“Setelah 2 tahun diguncang pandemi, tantangan bagi industri kelapa sawit sangat luar biasa sebagai akibat dari dinamika perekonomian dunia,” kata Joko dalam sambutannya.
Persoalan itu belum selesai. Pasalnya, persoalan baru seperti, isu geopolitik seperti Perang Rusia dan Ukraina serta ancaman resesi ekonomi dan pangan tahun 2023 masih akan membayangi. Situasi itu menjadi dinamika yang berkembang negara-negara penghasil minyak kelapa sawit.
Namun demikian, berbagai persoalan itu justru bisa menjadi peluang bagi Industri kelapa sawit. Hal itu karena dalam situasi bullish harga CPO juga global sangat menguntungkan.
“Ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memainkan peran penting dalam mengarahkan industri, karena selalu berdampak pada bagaimana industri akan berjalan,” kata Joko Supriyono. (awi/bid)