bongkah.id – Sejarah Islam menegaskan, Hari Raya Idul Adha tidak sekadar memperingati kuat dan tingginya kadar keimanan Nabi Ibrahim As pada Alloh SWT. Sehingga rela menyembelih anak tersayangnya, Nabi Ismail As. Kendati pada detik-detik penyembelihan, justru keimanan Nabi Ismail As pada Alloh yang mendorong ayahnya untuk melaksanakan perintah Alloh. Sebuah perintah suci yang akan mendatangkan kebaikan di masa datang. Sebaliknya akan mendatangkan murka Alloh, jika tidak dilaksanakan.
Dalam Hari Raya Idul Adha yang dirayakan kaum muslim dengan shalat sunnah dan menyembelih hewan korban bagi yang mampu, menurut Khatib Shalat Idul Adha 1441 Hijriyah Masjid Al-Akbar Surabaya Dr. H. Ahmad Zayadi M.Pd., setiap tahunnya memiliki atmosfer hikmah yang berbeda. Disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada suatu bangsa dan negara. Hikmah Idul Adha bagi kaum muslim Indonesia berbeda bagi kaum muslim di Yahman, Palestina, dan negara Islam lain yang kini tengah dilanda peperangan.
Hikmah Idul Adha 1441 H bagi umat muslim Indonesia, dikatakan, membawa atmosfer mengajak umat muslim Indonesia untuk sabar dan berjuang menjalani masa pandemi Covid-19 ini, yang mendatangkan masalah kompleks dalam masyarakat. Yang utama adalah masalah ekonomi. Akibat Covid-19, angka kemiskinan di Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Akibat Covid-19, pertambahan angka kematian di Indonesia mengalami kenaikan pesat. Akibat Covid-19, angka perselisihan rumah tangga di Indonesia mengalami kenaikan pesat. Akibat Covid-19, angka kriminalitas di Indonesia mengalami kenaikan.
“Pokoknya Covid-19 yang datang di Indonesia dan dunia itu sekaligus membawa permasalah. Rakyat Indonesia dan negara lain mau menolak juga tidak akan mampu. Sebab Covid-19 itu juga mahluk Alloh, yang merepotkan manusia juga atas perintah Alloh. Penolaknya paling ampuh sangat sederhana. Minta pada yang memerintah Covid-19 itu, karena hanya Alloh sebagai pencipta Covid-19 itu yang dapat menolong,” kata Ahmad Zayadi dalam khutbahnya yang bertema “Ibadah kurban untuk meningkatkan solidaritas kemanusiaan”.
Sementara sistem menghadapi Covid-19 tersebut secara duniawi, dikatakan, kaum muslim Indonesia dengan non-muslim harus saling bahu membahu sebagai sesama manusia dan rakyat Indonesia. Bergotong royong dalam iktiar bersama menanggulangi kenakalan dan kebandelan Covid-19. Saat sebuah sinergi terjalin sempurna, maka semua masalah di Indonesia ini akan mampu dihadapi dan diselesaikan. Salah satunya dengan memanfaatkan ibadah korban di Idul Adha kali ini, sebagai momentum membangun bangsa dan negara Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini.
MENCONTOH RASULULLAH
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama RI (Kakanwil Kemenag) Provinsi Jawa Timur ini mengatakan, bahwa ibadah korban dalam penyelenggaraannya mempunyai dua nilai mulia. Yakni kesalehan spiritual dan kesalehan sosial. Kesalehan spiritual, dalam hal ini adalah penyerahan diri kepada Allah dan mengekang egoisme, sebagaimana dicontohkan Nabi Ibrahim As.
Sementara kesalehan sosial tercermin dari semangat rela berkorban, seperti dalam diri Ismail As. Sikap ini penting untuk diteladani, terutama bagi generasi muda Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia. Khususnya dalam menghadapi masa pandemi Covid-19, yang melahirkan banyak masalah bagi rakyat Indonesia.
Selain itu, Ahmad Zayadi juga mengutip hasil riset Elizabeth Dunn. Pakar psikologi sosial dari University of British Colombia, Vancouver, Kanada, ini menyimpulkan semakin besar uang atau harta yang dibelanjakan untuk menolong sesama, terbukti menambah kebahagiaan pemiliknya. Kesimpulan hasil risetnya itu sudah termuat dalam Jurnal SCIENCE (2008), dengan judul yang mengejutkan: “Spending Money on Others Promotes Happines” (Membelanjakan Uang untuk orang lain meningkatkan kebahagiaan).
“Temuan ilmiah tersebut menunjukkan, bahwa yang terpenting bukanlah jumlah uang yang dimiliki. Namun, bagaimana seseorang dalam membelanjakannya. Seseorang yang menyedekahkan uang atau hartanya untuk membantu yang membutuhkan, ternyata melahirkan kebahagiaan berlebih dibanding yang menghamburkan uang untuk kepuasan diri sendiri,” ujarnya.
Kesimpulan seperti hasil riset Elizabeth Dunn itu, berkesempatan besar dilakukan umat muslim Indonesia. Yang mampu hendaknya iklas membantu yang membutuhkan di masa Covid-19 ini. Selain mengamalkan hasil riset secara ilmu pengetahuan, juga mengamalkan ajaran agama Islam sebagaimana dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW, Khulafaur Rashidin, dan para sahabat lainnya.
Sedangkan penyelenggaraan Shalat Idul Adha di Masjid Al-Akbar Surabaya sebagaimana diketahui, menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Mulai sebelum hingga setelah ibadah. Jumlah jamaah dikurangi untuk mempermudah mengatur shof shalat berjarak. Jumlahnya dari kapasitas masjid sebanyak 50.000 jamaah dikurangi menjadi 5.000 jamaah. Tekniknya dengan sitem pendaftaran online dan pembagian ID-Card jamaah shalat.
Selain itu, para calon jamaah sebelum masuk area shalat diwajibkan menggunakan masker, membawah sajadah (alas shalat) sendiri, dilakukan cek suhu tubuh, diwajibkan melintasi jalur disinfektan, dan pembagian kantong plastik untuk menyimpan alas kaki jamaah. Yang nantinya kantong berisi alas kaki itu dapat dibawah masuh tempat shalat. Teknik ini untuk meminimalisasi terjadinya antrean mengambil alas kaki di saat pulang.
Selain dihadiri umat muslim di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Gresik. Penyelenggaraan shalat jamaah Masjid Al-Akbar itu juga dihadiri Gubernur Jatim Hj. Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jatim H. Emil Elestianto Dardak, pejabat Forum Koordinasi Pemimpin Daerah (Forkopimda) Jatim, serta sejumlah kepala OPD di lingkungan Pemprov Jatim.
Sedangkan jumlah hewan korban yang diterima dan akan disembelih panitia Idul Adha 1441 Hijriyah Masjid Al-Akbar, Surabaya, terdiri dari 26 ekor sapi dan 70 ekor kambing. Diantara sapi korban tersebut terdapat seekor sapi korban jenis peranakan Ongole seberat 1,05 ton dari Presiden RI Joko Widodo. Demikian pula seekor sapi jenis sama dengan berat 1,02 ton dari Gubernur Khofifah. (rim)