bongkh.id – Cita-cita perjuangan KH Abdul Wahab Chasbullah dalam pemikiran pendidikan, ekonomi dan sosial budaya berpotensi membumi. Selain sebagai ilmu pengetahuan, juga berkesempatan diaplikasikan dalam berkehiduoan sosial di masyarakat Indonesia. Kesempatan itu akan datang lewat “Kiai Abdul Wahab Chasbullah Foundation” yang dilaunching di Ndalem Kasepuhan PP Al-Lathifiyah I Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Minggu (30/8/2020) malam.
“Cita-cita perjuangan Mbah Wahab Chasbullah itu mendahului zamannya. Jauh sebelum Indonesia merdeka, cita-cita itu diperjuangkan dengan bentuk-bentuk organisasi yang menjadi embrio berdirinya Nahdlatul Ulama,” kata Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar dalam sambutannya saat Launching Kiai Abdul Wahab Chasbullah Foundation.
PoSebelum NU, menurut dia, Mbah Wahab sudah mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air), Nahdlatul Tujjar (Kebangkitan Kaum Saudagar) dan Tashwirul Afkar (Penggodokan Pemikiran). Semua organisasi itu menjadi cikal-bakal berdirinya NU.
“Sekarang cita-cita Kiai Wahab Chasbullah itu harus terus diperjuangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan kita sekarang,” ujarnya.
Selain Kiai Miftachul Akhyar, dalam launching “Kiai Abdul Wahab Chasbullah Foundation” itu terlihat hadir beberapa tokoh antara lain Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Bupati Jombang Mundjidah Wahab, dan penceramah KH Ahmad Muwafiq.
Dalam yayasan tersebut, keturunan KH Abdul Wahab Chasbullah bermaksud untuk membumikan pemikiran pendidikan, ekonomi dan sosial budaya dari ulama terkemuka sekaligus pejuang kemerdekaan tersebut.
“Yayasan ini didirikan sebagai ruang gagasan bagi anak cucu KH Abdul Wahab Chasbullah bersama masyarakat dalam melanjutkan dakwah dan perjuangan Kyai Wahab,” kata salah satu pembina Kyai Abdul Wahab Chasbullah Foundation, KH Muhammad Hasib Wahab.
Pendirian yayasan itu bertujuan mewujudkan nilai dan cita-cita perjuangan KH Abdul Wahab Chasbullah. Memajukan kemaslahatan masyarakat Indonesia di bidang pendidikan, ekonomi dan sosial budaya agar tercipta semangat berkarya ,yang berdaya saing di era kemajuan teknologi dan globalisasi.
“Dakwah dan perjuangan Kyai Wahab berusaha mewujudkan bangsa Indonesia yang sejahtera lahir batin, berkeadilan sosial dengan menjunjung tinggi nilai-nilai cinta tanah air yang berlandaskan nilai-nilai Islam Ahlussunah Wal Jamaah An-Nahdliyah. Untuk mengembangkan pandangan Islam moderat bagi seluruh umat manusia,” ujarnya.
Pemikiran Mbah Wahab, dikatakan, sudah banyak menyumbang kepentingan bangsa dan negara. Mulai dari perjuangan menuju kemerdekaan hingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Rasa nasionalisme Mbah Wahab, mengantarkannya terlibat aktif dalam berbagai forum diskusi Indonesische Studie Club (ISC) yang didirikan Dr. Soetomo pada tahun 1924 di Surabaya. Pemikiran beliau turut menyumbang perumusan langkah dan strategi dalam membangun nasionalisme bangsa.
Sementara di lingkungan pesantren, Mbah Wahab menjadi salah satu ulama perintis organisasi terbesar di negeri ini, yakni Nahdlatul Ulama (NU). Pemikiran Mbah Wahab ini kemudian mendapatkan apresiasi tinggi oleh pimpinan negara.
“Kontribusi dan karya-karya KH Abdul Wahab Chasbullah untuk bangsa Indonesia sudah tidak bisa dihitung dan diragukan lagi. Pada akhirnya tepat pada 7 November 2014, Presiden Joko Widodo atas nama bangsa Indonesia memberikan anugerah gelar Pahlawan Nasional,” tambah salah satu putra Mbah Wahab ini.
Sebagaimana diketahui, KH Abdul Wahab Chasbullah (1887-1971) dikenal sebagai ulama sekaligus pejuang kemerdekaan. Perintis, pendiri, dan penggerak Nahdlatul Ulama yang dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014 itu, memiliki pemikiran yang progresif dan lintas batas. Pergaulan Mbah Waham menembus komunitas dan kelompok pejuang yang beragam. (gma)