
bongkah.id – Tahun 2025, Surabaya seperti menemukan caranya sendiri untuk hidup bukan hanya sebagai kota besar, tetapi sebagai ruang bersama yang dirawat lewat peristiwa demi peristiwa. Sepanjang tahun itu, Pemerintah Kota Surabaya mencatat ratusan event publik digelar lintas sektor. Dari seni, budaya, olahraga, hingga ekonomi kreatif, agenda tersebut hadir dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional.
Namun di balik angka dan kalender acara, ada upaya menghadirkan kota yang lebih manusiawi. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut event yang telah tergelar tak sekadar hiburan. Di dalamnya, ada ruang perjumpaan, penguatan ekonomi warga, serta proses belajar hidup bersama.
“Event di Surabaya tidak kami maknai sebagai hiburan semata, tetapi sebagai ruang kebersamaan, ruang ekonomi, ruang budaya, dan ruang pendidikan karakter bagi masyarakat,” ujar Wali Kota Eri.
Awal tahun dibuka dengan Market Sounding Kawasan Kota Lama Surabaya 3.0, sebuah ikhtiar menghidupkan kembali kawasan bersejarah. Pemilik bangunan heritage duduk satu meja dengan calon investor, membayangkan Kota Lama sebagai pusat ekonomi kreatif dan ruang publik berkelanjutan. Program ini digarap bersama Konsorsium II Program Kota Masa Depan UK PACT—sebuah kolaborasi yang mempertemukan masa lalu dan masa depan.
Wajah Surabaya juga tampak berwarna lewat perayaan budaya. Kya-Kya Chunjie Fest 2025 di Kembang Jepun menghadirkan aroma masakan khas Pecinan, denting musik, dan tawa pengunjung lintas latar belakang.
Toleransi hadir bukan sebagai jargon, melainkan pengalaman nyata. Saat Ramadan tiba, suasana kota berubah lembut. Ornamen bernuansa Timur Tengah menghiasi jalan-jalan, sementara THP Kenjeran tetap hidup hingga petang menjelang malam. Bagi banyak keluarga, kawasan pantai ini menjadi tempat menunggu waktu berbuka dengan duduk sederhana, berbagi cerita, dan menikmati senja.
“Selama Ramadan, Pemkot memperpanjang jam operasional THP Kenjeran sebagai destinasi ngabuburit, sehingga warga punya alternatif kegiatan sosial yang aman dan nyaman,” kata Eri.
Dari sisi belanja dan pariwisata, denyut kota terasa lewat Surabaya Holiday Super Sale (SHSS) 2025. Diskon besar di 17 pusat perbelanjaan tak hanya menarik pembeli, tetapi juga menggerakkan roda usaha. Yang menarik, wisata murah seharga Rp500 lewat QRIS membuka akses bagi siapa saja untuk mengunjungi THP Kenjeran, Wisata Perahu Kalimas, Museum 10 November, dan Tugu Pahlawan.
Bagi banyak warga, ini bukan sekadar jalan-jalan, melainkan kesempatan pertama mengenal kotanya sendiri. Semangat itu berlanjut di Surabaya Shopping Festival (SSF) 2025 yang digelar bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732.
Kota merayakan usia bukan hanya dengan seremoni, tetapi dengan menggerakkan ekonomi lokal. Kirab Budaya, ruwatan bumi, wayang kulit, hingga ribuan penari remo dalam Sembrani Bumi Nusantara menjadi penanda bahwa Surabaya tumbuh tanpa meninggalkan akar budayanya.
Lapangan olahraga pun tak kalah semarak. Dari Surabaya Marathon hingga kejuaraan voli dunia U-21 FIVB 2025, kota ini menjadi panggung bagi semangat kompetisi dan sportivitas. Anak-anak muda berlari mengejar prestasi, sementara warga menjadi saksi dan penyemangat dari pinggir arena.
Di Balai Pemuda, ratusan seniman berkumpul dalam ARTSUBS 2025, memamerkan karya lintas medium. Kreativitas juga tumbuh lewat Inovboyo 2025, ruang bagi ide-ide muda Surabaya untuk berkembang. Identitas visual Surabaya City of Heroes pun diluncurkan. Bukan sekadar logo, tetapi pengingat jati diri kota.
Surabaya juga menyapa dunia. Sebanyak 18 kapal pesiar singgah sepanjang 2025, membawa wisatawan mancanegara yang menapaki jejak sejarah kota. Menjelang 10 November, suasana semakin khidmat lewat Surabaya Juang dan Tjangrokan di Tugu Pahlawan.
Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono melihat semua ini sebagai buah gotong royong. “Semangat gotong royong inilah yang menjadi kekuatan Surabaya. Kolaborasi antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat terbukti mampu menggerakkan kota, baik dari sisi ekonomi, budaya, maupun sosial,” ujarnya.
Di tengah riuh event dan gemerlap perayaan, Surabaya terus berjalan menjadi kota yang bukan hanya ramai, tetapi juga hangat. Kota yang hidup karena warganya, dan warganya tumbuh bersama kotanya. (anto)


























