Pelayanan medis di rumah sakit luar negeri.

Bongkah.id – Tingkat kepercayaan warga Indonesia pada fasilitas dan kemampuan tenaga medis dalam negeri berada di titik rendah. Hal itu setidaknya bisa disimpulkan dari besarnya orang yang lebih memilih menjalani pengobatan dan perawatan kesehatan di luar negeri.

Bahkan berdasarkan riset, Indonesia menjadi penyumbang terbesar wisatawan medis yang berobat keluar negeri. Setiap tahun, ada sekitar 3 juta orang yang memilih berobat keluar negeri meski harus mengeluarkan biaya jauh lebih tinggi dibanding ongkos perawatan medis di dalam negeri.

ads

“Total uang dari seluruh Indonesia untuk berobat ke luar negeri kurang lebih Rp 100 triliun. Dari warga Surabaya saja diperkirakan sebesar Rp 30 triliun rupiah,” kata CEO Medical Tourism Indonesia, dr Nico Azhari Hidayat di acara Surabaya Medical Tourism – Launching Apps & Hybrid Webinar.

Adapun negara yang paling sering menjadi tujuan pasien asal tanah air yakni Singapura. Malaysia, Korea, Eropa hingga Amerika Serikat. Menurut Nico, banyaknya warga Kota Surabaya yang berobat ke luar negeri dengan biaya tinggi membuktikan bahwa masyarakat di tanah air cukup kaya.

“Misalnya uang Rp 30 triliun dari warga Surabaya itu dilimpahkan ke sektor yang bersinggungan langsung dengan perekonomian masyarakat, seperti pariwisata dan UKM, tentu imbasnya sangat besar,” tutur Nico.

Nico menjelaskan, salah satu pendirian medical tourism yang dilaunching kali ini adalah untuk memanfaatkan potensi transaksi uang besar di bidang pelayanan medis agar tidak mengalir ke luar negeri. Kota Surabaya sengaja dipilih sebagai Pilot Project karena mempunyai rumah sakit dan dokter yang tak kalah bersaing dengan instansi pelayanan medis di luar negeri.

“Selain itu ada dua kolaborator, yaitu Pemkot Surabaya dan Universitas Airlangga Surabaya yang menginisiasi sebagai Pilot Project Medical Tourism,” terang Nico.

Menurutnya, sudah ada 17 rumah sakit di Surabaya yang bergabung di medical tourism telah menyetorkan data dan akan terus bertambah. Dia menegaskan bahwa Surabaya memiliki rumah sakit dengan tenaga yang profesional, namun sayangnya kurang gencar berpromosi tentang inovasi dan teknologi yang dimilikinya.

“Rumah sakit di Indonesia harus mengubah mindset. Selama ini cenderung tidak ngoyo berpromosi dan hanya menunggu pasien karena prinsipnya kalau orang sakit pasti datang ke rumah sakit. Jadi manajemen sebaiknya yang berpromosi, sedangkan dokter tidak karena terbentur etika profesi,” tandasnya. (bid)

4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini