Dua orang memainkan seni ujung yakni adu sabet rotan di Desa Munduhsewu, Kecamatan Bareng, Jombang, Minggu (27/8/2023).

Sebelum mereka bertanding, dua kelompok jawara dipisahkan di kubu masing-masing. Di sana sudah bersiap seorang bobotoh, semacam promotor yang memilih siapa jawara yang akan maju berlaga.

Saat sudah dihadapkan lawan, sesekali sebelum saling serang, para jawara menari mengikuti irama gamelan sambil tetap fokus mengintai gerak lawan. Lengah sedikit, sabetan rotan akan mendarat di kaki atau betis.

ads

Setelah sabetan mengenai kaki hingga tiga kali, wlandang segera memisah kedua jawara. Kemudian mereka saling bertukar rotan atau disebut dengan uluk ujung. Laga pun dilanjutkan hingga tiga kali sabetan mendarat di kaki para jawara.

Pada akhir laga, kedua petarung bersalaman dan berpelukan. Tidak ada yang menang atau kalah dalam laga tersebut. “Tidak pernah ada dendam terhadap lawan usai pertandingan,” jelas Priyono (61) salah satu jawara.

Berserah sepenuhnya kepada sang maha kuasa serta membulatkan niat mohon keselamatan dan hujan, serta berdoa kepada Tuhan. “Meskipun berdarah tapi saya sangat bangga dengan kesenian ujung, dengan besar harap kesenian tersebut tidak akan pernah pusnah,” pungkasnya. (ima)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini