
Bongkah.id – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan gas elpiji (LPG) mulai dirasakan masyarakat di wilayah Jember. Pasokan BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dilaporkan menipis, sementara distribusi tabung gas elpiji juga mengalami keterlambatan.
Ketua DPC Hiswana Migas Besuki, Ikbal Wilda Fardana menyebut saat ini rata-rata stok BBM di SPBU berada di bawah angka 40 persen.
“Memang ada keterlambatan ya pengiriman baik BBM maupun elpiji di Kabupaten Jember. Dari mulai sebelum penutupan jalur Gumitir yang menyebabkan kemacetan di jalur Ketapang atau jalur Banyuwangi-Situbondo,” ujar Ikbal saat dikonfirmasi, Jumat (26/7/2025).
Kelangkaan ini terjadi akibat terganggunya distribusi dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) di Ketapang, Banyuwangi. Yakni kemacetan panjang kendaraan yang hendak menyeberang ke Pulau Bali dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Sehingga menyebabkan truk pengangkut BBM dan tabung gas elpiji terjebak antrean.
Selain itu, penutupan total akses jalan nasional di kawasan Gumitir sejak 24 Juli lalu juga menambah tekanan distribusi logistik di wilayah timur pulau Jawa.
“Kabarnya saat ini arus lalu lintas mulai normal. Tapi kan pengisian ke SPBU butuh waktu dan antrean. Khawatir akan terjadi kendala yang sama,” tambahnya.
Kondisi ini berimbas pada menipisnya stok di hampir seluruh SPBU di wilayah Jember. Tidak hanya BBM, distribusi LPG juga terkendala.
Menurut pria yang juga legislator DPRD Jember asal PPP itu, pengambilan LPG tidak bisa dilakukan dari luar daerah seperti halnya BBM. Karena tabung gas elpiji, bergantung pada suplai dari Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) yang sudah ditentukan.
“Untuk LPG juga sama, artinya sementara masih menunggu pengambilan dari depo. Harapan kami agar supaya ini nanti tidak terdampak ya, tidak terdampak kepada masyarakat, khususnya di Kabupaten Jember,” katanya.
Lebih lanjut, Ikbal juga meminta pemerintah dan pihak terkait untuk segera turun tangan menyelesaikan masalah kemacetan di Pelabuhan Ketapang.
Ia menekankan pentingnya peran KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan), BKI (Biro Klasifikasi Indonesia), dan ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) untuk mempercepat operasional kapal feri yang membawa kendaraan logistik.
“Supaya tidak terjadi penumpukan kendaraan di jalur Banyuwangi–Situbondo, yang ini juga berimbas kepada distribusi BBM maupun LPG di beberapa kabupaten,” tegasnya.
Jika situasi ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan distribusi energi untuk kebutuhan masyarakat dan sektor usaha di Jember akan semakin terganggu.
“Sejauh ini, pasokan BBM di luar daerah seperti Lumajang mungkin masih normal dan masih bisa menjadi alternatif. Mengingat suplai ke Lumajang berasal dari depo BBM di Surabaya. Namun hal itu tidak berlaku untuk elpiji, yang jalur distribusinya lebih terbatas. Tidak bisa ambil stok dari kabupaten/kota lain,” ulasnya.
“Kami berharap, situasi distribusi BBM dan elpiji bisa kembali normal dalam waktu dekat agar tidak berdampak lebih luas terhadap kebutuhan energi masyarakat,” imbuhnya.
Dari pemantauan di sejumlah SPBU wilayah Kabupaten Jember. Terkait kelangkaan BBM tersebut, diketahui terjadi di wilayah kota.
Diantaranya seperti di SPBU Teuku Umar, Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Jember. Untuk BBM jenis pertalite diketahui sudah habis sejak, Jumat malam (25/7/2025) kemarin.
Antrean kendaraan terpantau cukup banyak, dan stok BBM jenis Pertamax yang menjadi alternatif. Sehingga tampak mulai banyak diburu pengendara motor maupun mobil.
“Pertalite habis sejak tadi malam mas. Sekarang tinggal Pertamax. Ini truk pengisi BBM katanya terjebak macet di Ketapang. Jadi terjadi keterlambatan pengiriman stok BBM,” ujar Petugas SPBU Teuku Umar yang minta namanya tidak ditulis.
“Untuk kelangkaan pertalite, katanya juga sama di SPBU wilayah kota Jember lainnya. Kondisi sama. Di jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, SPBU Kreongan, SPBU Gebang, dan Mastrip Kampus,” sambungnya.
Ungkapan senada juga disampaikan Korlap SPBU COCO 51.681.23 (Gebang) Jember Muhammad Taufik. Kelangkaan BBM jenis pertalite, akibat keterlambatan pengiriman.
“Ya karena sejumlah faktor, yakni penutupan akses Jalan Gumitir, dan kemacetan Jalur Baluran. Karena dampak dari penyeberangan Ketapang kurang kapal nya,” ucap Taufik. (ata/sip)