Bongkah.id – Wabah penyakit Chikungunya yang menyerang warga di dua desa di Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, semakin meluas. Terbaru, dua orang terjangkit virus akibat gigitan nyamuk tersebut pada Jum’at (26/1/2024).
Awalnya, beberapa warga Desa Mojodanu saat itu mulanya mengeluhkan demam dan nyeri sendi. Namun kemudian, penyakit itu menyebar ke sejumlah warga yang lain. Selain itu juga gatal-gatal hingga sariawan.
Rata-rata keluhan yang dirasakan warga adalah demam, sakit pada persendian. “Sendi-sendi sakit, jadi enggak bisa jalan. Gak bisa ngitung berapa orang yang kena. Saya juga termasuk yang kena chikungunya,” kata T salah seorang warga Desa Mojodanu saat dikonfirmasi melalui WhatsApp.
Wabah itu disebutnya juga belum sepenuhnya teratasi. Di Desa Mojodanu, bahkan wabah ini sudah menyebar di dua dusun.
“Yang Mojodanu, ada di Dusun Mojo dan Dusun Ngaglik dan di Desa Ngampel juga mulai ada. Informasinya masih ada 2 yang dirawat di Puskesmas Keboan,” jelas dia.
Camat Ngusikan, Fahrudin membenarkan jika ada beberapa warga yang terkena chikungunya di wilayahnya.
“Informasi dari pak kades Mojodanu memang ada, namun infonya tidak banyak yang kena,” ujar Fahrudin.
Baca: Satu Orang Terjangkit DBD, Warga di Jombang Inisiatif Iuran Untuk Fogging
Terpisah, Kepala Puskesmas Keboan, Ngusikan dr Binti Sukartini tak menampik adanya keluhan dari warga Desa Mojodanu itu. Kendati demikian, hingga kemarin menurutnya keluhan sakit sendi itu belum terbukti merupakan chikungunya.
“Jadi memang ada, dan sejak seminggu lalu memang sudah tertangani, keluhannya memang demam dan sakit sendi,” kata dia.
Binti Sukartini menyebutkan, jumlah warga yang mengeluhkan sakit sendi di Desa Mojodanu juga telah cenderung berkurang sejak seminggu terakhir.
“Yang kemarin terdata cuma 6 orang saja, karena banyak yang tidak mau didata dan dikatakan mereka sakit itu (chikungunya),” imbuh dia.
Binti menuturkan gejala yang dikeluhkan warga memang mengarah ke chikungunya. Namun, tetap membutuhkan hasil tes untuk bisa memastikan apakah chikungunya atau bukan.
“Besok rencana kita akan datang ke sana lagi, kita evaluasi sekaligus melakukan pemantauan,” pungkas dr Binti. (ima)