Bongkah.id – Usaha kerajinan anyaman tambir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terus berusaha eksis di tengah gerusan gaya hidup modern. Salah satu pengrajin yang masih melanjutkan usaha ini adalah Sukri (50) warga Dusun Dapurno, Desa Dapurkejambon, Kecamatan Jombang.
Dalam sehari, Sukri bisa menyelesaikan empat buah anyaman. Dengan lihai, jemari pria paruh baya tampak masih cekatan saat mengayam potongan bambu di teras rumahnya yang sederhana.
Ditemani radio klasik, ia tampak santai sembari sesekali memandangi warga yang melintas di depan rumahnya. Tak butuh waktu lama, satu persatu potongan bambu itu jadi sebuah anyaman yang berbentuk bundar dengan diameter sekitar 70 cm.
”Ini kerajinan turun temurun dari keluarga. Saya mulai membantu bapak saya sejak kelas 2 SD atau sekitar umur 8 tahun,’’ kata Sukri, Rabu (23/8/2023).
Dijelaskan, bentuk tambir sekilas mirip tampah. Keduanya sama sama dibuat dari anyaman bambu. Hanya fungsinya yang berbeda. Anyaman tambir memiliki bentuk yang cenderung lebih besar dibandingkan tampah. Bagian bawahnya juga berbentuk cekung, berbeda dengan tampah yang cenderung datar.
”Kalau tampah biasanya kan digunakan untuk membersihkan beras dari kotoran-kotoran. Sedangkan, tambir digunakan untuk meniriskan atau menjemur bahan makanan seperti jagung, ketela, kerupuk, emping dan kedelai,’’ tambah bapak dua anak ini.
Selama ini Sukri mengerjakan sendirian. Saking terbiasanya, ia mampu menyelesaikan tiga sampai empat anyaman tambir dalam sehari. Dalam sepekan ia kadang bisa mengumpulkan sekitar 20 biji untuk selanjutnya dijual di pasar hingga produsen kerupuk dan kedelai.
”Ya biasanya dikirim ke Jombang juga, ada pabrik kecap disitu,’’ jelas dia.
Satu biji anyaman tambir, dijual dengan harga Rp 20.000. Dalam memasarkan kerajinan anyaman itu, ia mengaku sudah memiliki pelanggan tetap.
”Kalau pemasaran ya sudah ada pelanggan. Selama ini saya mengerjakan sesuai kemampuan,’’ pungkasnya. (ima)