Bongkah.id – Munculnya banyak miliarder baru di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang memperoleh duit pembebasan lahan dari PT Pertamina (Persero) menarik perhatian Ketua DPD RI AA La Nyalla Matalitti.
Dia berharap pemerintah daerah dapat memberikan pendampingan kepada warga penerima ganti untung itu agar tidak menjadi boros dan dapat mengelola uangnya dengan tepat.
Pengelolaan keuangan ini sangat diperlukan agar warga tidak terlalu royal membelanjakan uang ‘kaget’nya. Saran La Nyalla itu setelah melihat aksi ratusan warga Desa Sumurgeneng yang memborong mobil usai memperoleh dari hasil penjualan lahan ke Pertamina.
“Masyarakat yang dapat ganti untung, harus diberikan pendampingan agar mereka memiliki kemampuan mengelola keuangan. Mereka harus mengelola keuangan berdasarkan kemampuannya di bidang pertanian atau usaha pengembangan pertanian yang lebih produktif dan menguntungkan,” kata La Nyalla Matalitti.
Warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabuoaten Tuban, membuat heboh dengan aksi memborong mobil, pekan lalu. Sebanyak 380 mobil dikirim beriringan ke desa tersebut.
La Nyalla mengatakan, aksi borong mobil itu masih berlanjut hingga hari ini. Minggu (21/2/2021) kemarin, ada lagi pengiriman 17 unit baru ke Desa Sumurgeneng.
“Tidak salah memang, namun kita khawatir masyarakat tidak memiliki kemampuan mengelola uang sebanyak itu, tetapi bisa melahirkan sikap hura-hura. Akibatnya, uang bisa cepat habis dan kehidupan ekonomi tidak berubah dari sebelumnya,” tandasnya.
Sebanyak 225 warga Desa Sumurgeneng menjadi miliarder baru setelah menjual lahannya ke PT Pertamina. Lahan tersebut akan dibangun untuk proyek kilang minyak dan petrokimia Grass Root Refinery (GRR).
Uang ganti untung yang diterima warga dari pembebasan lahan itu cukup fantastis. Besarannya bervariasi, tergantung luas lahan yang dijualnya, mulai Rp 4 miliar hingga Rp 24 miliar.
“Warga yang lahannya dibeli menjadi kaya mendadak. Pertamina membeli tanah seharga Rp 600 ribu-Rp 800 ribu ribu permeter. Selain Desa Sumurgeneng, proyek Pertamina ini juga akan membebaskan lahan milik 870 KK di Desa Wadung dan Kaliuntu,” jelas senator asal Jawa Timur ini.
Alumnus Universitas Brawijaya Malang ini menambahkan, fenomena borong mobil sering dilakukan warga yang mendapat ganti untung dari penggusuran lahan. Setelah menjadi orang kaya mendadak, Nyalla berharap, warga tidak menjadi konsumtif dan boros membelanjakan uangnya.
“Dengan kata lain keuntungan yang diperoleh dari jual lahan itu tidak akan banyak membantu masyarakat sendiri kalau menjadi konsumtif. Harus punya menajamen keuangan. Jadi pemerintah daerah sebaiknya memberikan pendampingan,” demikian saran Ketua DPD La Nyalla Matalitti. (bid)